Lado diam. Si Seva apalagi, dari tadi dia cuma numpang ngopi dan mengisap tembakau alias ngudud.
"Semua orang harus bergerak dengan perannya masing-masing, bukan bergerak dengan peran yang sama!" kata Soso lagi. "Kau bayangkan sebuah rumah yang semua orangnya mencari uang. Terus siapa yang membersihkan rumah? Siapa yang menyediakan sarapan? Menyiapkan pakaian? Mengurusi anak yang belum bisa mencari uang?"
"Katakanlah target pertama kita adalah melepaskan diri dari Rusia..." lanjut Soso. "Tidak semua orang harus menjadi tentara. Karena tentara butuh makanan, pakaian, senjata, hiburan, dan sebagainya. Harus tetap ada orang yang menjadi petani, harus ada orang yang membuat pakaian, harus ada orang yang membuat sepatu, yang membuat senjata, yang menyanyi untuk menghibur mereka, yang menjadi pendeta untuk menenangkan jiwa mereka. Tapi semua pekerjaan itu diarahkan untuk tujuan bersama, bukan tujuan sendiri-sendiri, apalagi kalau hanya untuk tujuan mencari selamat!"
"Tapi itu berarti harus ada yang mengarahkan, dan itu tugas politisi!" kata si Lado.
"Ya. Menumbuhkan kesadaran politik tidak sama dengan menyuruh semua orang menjadi politisi..." jawab Soso. "Kalau hanya berpolitik tapi mengikuti sistem politik yang ada sekarang, percuma. Selama mata, telinga, kaki, dan tangan Tsar masih kuat dan berakar sampai ke sini."
"Kalau kau mau berpolitik dengan membuat partai politik sendiri di sini, itu hanya akan jadi lelucon. Partai politik di sini hanya politik di bawah sloki yang dibalik!" kata Soso lagi.
"Terus solusinya apa?" tanya si Lado.
"Merdeka!" jawab Soso.
"Berat..." kata si Lado.
"Kalau begitu, ikuti sistem politik mereka. Naiklah setinggi-tingginya, dekati St. Petersburg...." jawab Soso.
"Percuma kan, masih ada Tsar!" kata si Lado lagi.