Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (36) Ayah dan Anak

1 Januari 2021   10:03 Diperbarui: 3 Januari 2021   07:37 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Katanya mau usaha lagi..." kata Soso. "Apa aja lah Pak, asal Bapak tidak lagi bikin masalah di Tiflis. Polisi tidak akan memberi ampun lagi.."

"Aku tak punya uang untuk ongkos sekalipun!"

"Saya akan memberi Bapak uang..."

"Darimana kau punya uang?"

"Pak Sese yang memberi..." jawab Soso bohong.

"Belikan aku makanan dulu..." katanya.

Soso mengangguk. Soso lalu menemui polisi tadi yang lalu mengajaknya ke pojokan untuk menagih uang satu rubelnya. Soso memberikannya. Tapi taka da surat pembebasan seperti yang dijanjikannya. "Sudah, sana bawa pergi. Awas, jangan sampai terlihat lagi di Tiflis, apalagi bikin masalah!"

Soso tak mau berdebat lagi. Ia segera menemui Pak Beso dan membawanya keluar. Mereka lalu mampir ke sebuah kedai makanan, membelikannya sepotong kachapuri keju yang dimintanya.

"Kau baik-baik saja di sekolahmu kan?" tanya Pak Beso.

Soso mengangguk. Sebuah obrolan 'waras' yang canggung. Entah sudah berapa lama ia tak mengobrol seperti itu. Mungkin tak pernah, selama ia 'dewasa' karena Pak Beso keburu pergi. Obrolan seperti itu mungkin terjadi ketika ia masih anak-anak yang bahkan ia sendiri tak pernah ingat apa yang mereka omongkan. Kalaupun ada omongan serius, paling soal sepatu jika Soso bertanya.

"Jaga ibumu..." kata Pak Beso lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun