Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (36) Ayah dan Anak

1 Januari 2021   10:03 Diperbarui: 3 Januari 2021   07:37 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya dapat beasiswa, Pak.."

Polisi itu menghela nafas. "Tiflis sekarang penuh dengan orang Georgia yang bermasalah. Pemabok, copet, maling, penipu kelas teri. Aku sudah bosan menangkapi mereka. Sementara bandit-bandit Rusia masih banyak berkeliaran di Golovsky, tak tersentuh..." katanya dengan berbisik. "Beri aku satu rubel, akan kubuatkan surat pengeluaran bapakmu. Tapi jangan sampai ia terlihat lagi di Tiflis, apalagi bikin masalah lagi!"

"Satu rubel?" tanya Soso.

"Kamu berharap aku memberi diskon?" tanya polisi itu. "Uang itu tidak besar dibandingkan dengan risikonya untuk pekerjaanku."

"Ya sudah," kata Soso. "Tapi saya mau ngomong dulu sama dia sebentar..."

Polisi itu beringsut dan membukakan pintu jeruji. "Jangan lama-lama."

Soso melangkah masuk, mengguncang-guncang tubuh lelaki itu. Lelaki itu membuka matanya, mengucek, lalu menatap ke arah Soso. "Ngapain kamu ke sini?" tanyanya.

Soso senang, tandanya Pak Beso tidak mabuk. "Saya akan mengeluarkan Bapak..."

Dia bangkit lalu duduk. "Buat apa? Kau keluarkan aku, di luar sana aku kelaparan lagi! Di sini lebih baik, aku dapat jatah makan..."

"Bapak harus kembali ke Gori..." kata Soso lagi.

Pak Beso diam. "Ngapain aku di sana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun