Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (34) Jembatan Kehidupan

30 Desember 2020   10:25 Diperbarui: 31 Desember 2020   08:17 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP by Alip Yog Kunandar

Soso diam lagi, mencoba menghubungkan gagasan Said dengan pemikirannya sendiri. Pada beberapa titik, ia menemukan kesamaan. Ia pernah berdiskusi dengan Pangeran Ilia tentang kemerdekaan Georgia. Ia bilang, untuk apa melepaskan diri, kalau ia bisa membalikkan keadaan dengan menguasainya. Ia berpikir itu sejalan dengan gagasannya Said. Hanya saja, pemikirannya masih soal kedudukan dalam piramid, soal siapa yang di atas dan di bawah, bukan soal tujuan dari piramid itu sendiri. Apalagi soal 'jembatan' itu. Itu benar-benar sebuah gagasan yang baru baginya, dan sangat menarik.

Ternyata ada gunanya juga dia ikut si Said, setidaknya ia menemukan wawasan baru. Tapi Soso sudah memutuskan, ia tetap akan meninggalkan Kurtavi dan kembali ke Tiflis. Ia menyampaikannya pada Said.

"Ya udah. Aku minta maaf karena tak bisa memberikanmu liburan yang menyenangkan..." kata Said. Said lalu masuk ke kamarnya, dan kembali dengan dua buku, Otcy i deti[2] dan satunya lagi yang Soso lihat ia bawa dari sekolah, Chto dlat.' 

Said menyerahkan buku yang pertama, Otcy i deti. "Kau baca ini. Supaya kamu ngerti soal nihilisme yang tadi kita bicarakan. Tapi jangan terjebak dengan seluruh gagasannya. Baru nanti kau baca yang ini. Tapi yang ini masih kubaca ulang. Nanti saja kalau aku sudah selesai membacanya, kukasih kau saat kita ketemu di sekolah nanti..." kata Said.

*****

BERSAMBUNG: (35) Nihilis?

[1] Saat ini berada di perbatasan antara Georgia dan Azerbaijan

[2] Secara harfiah berarti 'Ayah dan Anak,' novel Rusia yang ditulis oleh Ivan Turgenev, terbit pertama tahun 1862.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun