Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (28) Bapak yang Durhaka

24 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 24 Desember 2020   08:18 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soso rada-rada jengkel juga. Lah kok bapaknya yang sengit, harusnya kan dia, yang ditinggalkannya bertahun-tahun bersama Mak Keke. Tapi Soso masih berusaha menahan diri. Nggak enak, ia berada di dalam lingkungan seminari. "Maksud saya, kenapa Bapak ada di Tiflis?"

"Aku mencarimu di Gori. Tapi ibumu mengusirku. Padahal niatku baik..." katanya.

Soso sangsi, apa lelaki itu ngomong dalam keadaan sadar atau tidak. "Buat apa nyariin saya?" tanya Soso.

"Aku mau mengajakmu kerja di pabrik. Tapi si Sese bilang, kamu sekolah di sini...." kata Pak Beso lagi. "Kurangajar sekali dia, masak aku ditolaknya kerja di pabrik sepatu lagi. Padahal aku kan dulu kerja di situ, lebih dulu masuk ketimbang dia. Dia yang kuajak kerja di situ. Sekarang sudah jadi mandor, lupa padaku!"

Wah, mabok ni orang... bathin Soso. Lagian siapa pula orang waras yang memperkejakannya kalau model begini.

"Terus Bapak mau ngapain ke sini? Kan sudah jelas saya sekolah. Bapak nggak bisa kerja juga di tempatnya Pak Sese..."

"Beri aku lima rubel, aku mau ke Gori lagi, mau buka usaha lagi!" katanya.

"Lima rubel dari Hongkong? Saya sekolah, bukannya kerja, Pak!" kata Soso.

"Kata si Sese, kau dapat beasiswa lima rubel sebulan!"

"Itu beasiswa potongan biaya sekolah, bukan cling dikasih duitnya terus bisa dipake foya-foya!"

"Jangan kau berbohong, kau mau jadi pendeta kan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun