"Jadi Romo Chark bohong? Apanya yang bohong?"
"Sudah kubilang, belum tentu Romo Chark yang bohong..."
"Terus siapa?" Soso mulai kehilangan kesabaran.
"Bukan soal siapa yang bohong!" kata Mak Keke lagi setengah membentak. Soso diam. Emaknya itu, kalau sudah jengkel atau lagi ngambek, jangan dilawan, bapaknya aja nggak berani. Makanya Soso memilih tidak bertanya lagi, dan menunggu saja penjelasan berikutnya. Nggak mungkin Mak Keke akan diam, apalagi kan urusan sekolah itu menyangkut dirinya juga.
"Kita harus membayar 40 rubel setahun...." kata Mak Keke setelah diam beberapa saat.
Soso melongo, "Lah... katanya saya dapet beasiswa Mak..."
"Iya, tapi beasiswanya nggak berarti sekolahnya gratis. Beasiswanya berupa potongan biaya. Biaya sekolah itu seratus rubel setahun, selain biaya sekolah, juga biaya hidupmu di asrama. Kamu dapat potongan lima rubel sebulan, jadi kita masih harus membayar sisanya yang empat puluh rubel itu!"
"Yaaah... berarti beasiswanya PHP doang Mak?" tanya Soso yang juga ikutan kecewa. Kecewa karena impiannya sekolah di gedung bagus itu memudar, bahkan lebih ngeri lagi, ia terancam harus kembali ke Gori. Apa kata dunia kalau ia harus kembali ke Gori?
"Apaan tuh pehape?" tanya emaknya.
"Pemberi Harapan Palsu..." jawab Soso.
Mak Keke tersenyum juga sedikit.