Pak Kusir membantu mengangkat barang bawaan Soso, sementara Mak Keke sudah duluan masuk. Rupanya itu adalah sebuah losmen murah yang dikelola oleh orang Georgia, terlihat dari tulisan huruf Mkhedruli[8] bertuliskan Mtis Sastumro yang kurang lebih berarti 'Losmen Gunung.'
"Sampai jumpa lagi, anak muda..." kata Pak Kusir sambil menyodorkan tangannya.
Soso menjabat tangannya dan tersenyum, "Bapak mau kemana sekarang?"
"Saya punya kerabat di sini, malam ini akan menginap di sana..." jawabnya.
"Dalian didi madloba[9] Pak..." kata Soso sambil memeluk lelaki setengah baya itu. Ia memang merasa beruntung bertemu lelaki yang setidaknya telah banyak memberi bekal pengetahuan soal Tiflis selama di perjalanan dari Gori itu.Â
"Hati-hati di sini, terutama kalau masuk ke wilayah pemukiman Rusia itu, banyak bandit yang tak kenal ampun..." kata Pak Kusir, "Semoga sukses sekolahnya ya..."
Soso mengangguk. Pak Kusir pamitan juga sama Mak Keke, dan setelah itu, ia pun berlalu dengan kereta kudanya.
*****
Soso membuka jendela kamar yang akan digunakannya menginap malam ini, malam pertamanya di Tiflis. Begitu jendela terbuka, terlihatlah pemandangan yang cukup indah, sungai besar yang berair tenang yang tadi dilewatinya, dan di seberang sana, seperti yang dikatakan Pak Kusir, adalah pemukiman orang Rusia. Terbit keinginannya untuk menulis puisi seperti yang sering ia lakukan saat senggang di Gori, tapi ia urungkan dulu niat itu.
"Sungai apa itu, Mak?" tanya Soso pada Mak Keke.
"Ya sungai Kura, lah... apalagi..." jawab emaknya itu.