---
Selama beberapa minggu setelah acara itu, Arya tak bisa menghilangkan Maya dari pikirannya. Ia mencoba mencari tahu lebih banyak tentang wanita itu, dan tanpa sengaja bertemu dengan Dinda, sahabat dekat Maya, di sebuah acara networking.
"Kamu kelihatan penasaran banget sama Maya," komentar Dinda dengan senyum menggoda saat Arya tak sengaja menanyakan tentang Maya untuk kesekian kalinya.
Arya tertawa kecil. "Aku penasaran, iya. Dia terlihat begitu berbeda. Seperti punya tembok besar di sekelilingnya."
Dinda menghela napas panjang. "Itu karena dia memang punya tembok besar di sekelilingnya. Maya pernah terluka sangat dalam, Arya. Tunangannya berselingkuh tepat sebelum pernikahan mereka. Sejak itu, dia memutuskan untuk menutup diri dari semua pria."
Mendengar cerita itu, Arya terdiam. Ia bisa merasakan betapa sakitnya pengkhianatan itu, dan sekarang ia mengerti mengapa Maya begitu menjaga jarak.
"Dinda, aku tidak ingin memaksa Maya atau membuatnya tidak nyaman," kata Arya serius. "Aku hanya ingin mengenalnya lebih baik. Apa menurutmu dia akan memberiku kesempatan?"
Dinda menatap Arya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Maya adalah orang yang sangat berhati-hati sekarang. Tapi aku bisa melihat kamu berbeda, Arya. Kalau kamu benar-benar ingin mencoba, tunjukkan kesungguhanmu. Tapi jangan berharap hasil yang cepat. Maya membutuhkan waktu."
---
Arya mulai merencanakan pendekatannya dengan hati-hati. Ia tahu bahwa satu-satunya cara untuk mendekati Maya adalah dengan sabar dan tulus. Arya mulai menghadiri acara-acara yang ia tahu Maya akan datang. Ia juga mulai mengirimkan pesan-pesan singkat untuk Maya, berisi ulasan dan pemikiran tentang karya-karya Maya. Bukan sekadar pujian kosong, tetapi refleksi yang mendalam tentang makna di balik cerita-cerita Maya.
Namun, Maya tetap menjaga jarak. Setiap kali Arya mencoba mengajak Maya untuk bertemu di luar acara-acara sosial, wanita itu selalu memiliki alasan untuk menolak. Arya tidak menyerah. Ia merasa bahwa di balik tembok dingin itu, ada seseorang yang terluka dan takut untuk terluka lagi.