Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Bukit Tandus

23 Juni 2016   12:19 Diperbarui: 24 Juni 2016   09:25 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepak Takraw (Sumber: tanjungpinangpos.co.id)

Pukul setengah enam sore.

Pertandingan sepak takraw antara SMPN Sariak Alahan Tigo melawan SMPN Talang Babungo telah berakhir. Para penonton perlahan mulai meninggalkan lapangan pertandingan. Meski pertandingan kali ini dimenangkan oleh Tim Sepak Takraw SMPN Talang Babungo, hal itu sama sekali tak membuat Tim Sepak Takraw SMPN Sariak Alahan Tigo berkecil hati. Mereka telah berusaha keras. Mereka telah bermain sportif. Dan pihak sekolah pun merasa bangga dengan hasil yang telah mereka raih.

"Maafkan kami, Bu. Kami belum bisa memberikan hasil terbaik untuk sekolah. Apalagi Ibu di sini hanya sampai akhir bulan depan," ucap Totti, usai pertandingan berakhir. Gurat kekecewaan tampak jelas di wajahnya.

"Nggak papa kok. Kalian sudah memberikan yang terbaik untuk sekolah. Sekali lagi selamat, ya " Kuulurkan tangan seraya mengucapkan selamat atas kerja keras Totti dan timnya dalam pertandingan final kali ini. Dan Totti pun menyambut uluran tanganku sambil tersenyum.

"Sama-sama, Bu. Terimakasih."

Kemudian Totti mengajakku ke luar lapangan dan duduk di rerumputan memandangi langit jingga sore ini. Hanya tinggal menghitung mundur, mentari perlahan akan kembali ke peraduannya meninggalkan bias warna jingga kemerahan nan indah sekali.

"Sayang ya, Bu. Ini bukan di pantai. Andai di pantai, pasti pemandangannya lebih indah lagi."

Aku menoleh ke arah suara di sampingku. "Tapi jujur, lho. Ibu belum pernah menikmati senja di Bukit Tandus ini. Jadi Ibu rasa, pemandangan di sini bagus juga." Mataku tak ada bosan-bosannya memandangi langit dengan pendar warna jingga kemerah-merahan yang tercipta sore ini. 

Tuhan, sungguh indah ciptaanMu ini. Ah, betapa menyesalnya aku. Kenapa aku menyia-nyiakan waktu selama dua pekan ini, ya? ujarku dalam hati.

Dan secara tiba-tiba. Cup. Sebuah kecupan lembut mendarat manis di pipi kananku. Belum sempat kutolehkan kepala, sebuah suara lirih terdengar di telingaku.

"Totti sayang sama Ibu Alya. Totti harap Ibu bersedia tinggal lebih lama lagi di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun