Kulihat Totti yang berseragam sepak bola lengkap dengan sepatu bolanya telah berdiri di depan posko KKN. Zulfikar dan Yandri yang tengah asyik bermain catur hanya memandang remaja tanggung itu dengan heran.
"Cari siapa? Bukankah sore ini pertandingan final sepak takraw, ya?" Yandri dengan pandangan penuh selidik bertanya kepada Totti.
"Iya, Pak. Bapak nanti nonton, ya?" jawab Totti sambil tersenyum.
"Iya, nanti kami pasti datang. Terus, kamu ke sini mau apa?" Kini, giliran Zulfikar yang bertanya.
"Hei, tak usah kayak polisi tanyanya," pungkasku tiba-tiba. Sebal juga melihat gaya bossy kedua teman KKN-ku itu. "Dia ke sini itu hendak menjemputku buat nonton final sepak takraw di Dusun Sariak Ateh. Kenapa memangnya? Salah?"
"Idih, spesial sekali. Dijemput pakai motor trail segala," ujar Yandri dengan nada cemburu. Aku hanya tertawa menanggapinya.
"Boleh dong sekali-kali diperlakukan seperti ini. Daripada harus jalan melewati luhak itu."
"Dasar manja!" Terdengar suara sindiran dari dalam rumah.
Masa bodo. Peduli amat sama Yunita si penyindir ulung itu.
Akhirnya aku pun meninggalkan posko KKN bersama Totti dan motor trail-nya.
***