Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta dalam Lautan Banjir (Bab 2)

27 Maret 2016   23:13 Diperbarui: 9 Mei 2016   11:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai menjemput Winda dari tempat kursus tari, Girianto kembali mendekam diri di dalam kamarnya. Hanya sesekali saja ia keluar. Itu pun saat dipanggil Oma untuk makan malam bersama. Selebihnya? Ia memilih mengurung diri di kamar dan mendengarkan saluran radio kesayangannya daripada berkumpul bersama teman-temannya di pos ronda seperti yang biasa dilakukannya setiap malam minggu tiba.

"Ada apa itu dengan Abangmu, Winda? Tak biasanya dia hanya berdiam diri di kamar saja seharian ini." Terdengar suara Oma Bernie dari luar kamar. Beliau tentu heran dengan perubahan sikap cucu laki-lakinya itu.

Tapi Girianto sama sekali tak peduli. Baginya, malam ini hanya ingin dinikmatinya seorang diri tanpa mendapat gangguan dari siapa pun juga. Termasuk saat ingin menyimak acara Cerita Cinta dari radio Swarna, saluran radio kesayangannya.

"Selamat malam, pendengar setia radio Swarna. Baiklah sesuai jadwal, malam ini saya akan membuka line telepon 'Cerita Cinta'. Jadi, buat kamu-kamu yang ingin berbagi cerita seputar pengalaman cintanya malam ini, ya, silakan saja.... Saya selalu setia menunggu di sini...."

Girianto menyimak betul celotehan penyiar radio yang memandu acara itu sambil tengkurap dengan bantal sebagai alas penyangga kepalanya. Tadinya memang ia tak begitu suka dengan acara Cerita Cinta. Acara model apa itu? Begitu dulu ia beranggapan. Tapi malam ini, entah kenapa, perasaannya yang gelisah itu berkeinginan sekali menyimak cerita-cerita cinta yang diungkapkan oleh para pendengar radio Swarna itu .

"Baiklah. Siapakah yang akan beruntung untuk berbagi kisah cintanya pada malam ini. Masih saya buka line teleponnya..."

Girianto membalikkan badan menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba saja pikirannya melayang ke Kristi, gadis yang dilihatnya di sanggar tari tradisional Cempaka sore tadi. Gadis semampai dengan lesung pipit di kedua pipinya.

Betapa manis melihatnya tertawa tadi. Matanya yang menyipit dan menampakkan kedua lesung pipitnya yang.... Ah, ada apa denganku ini? Kenapa aku jadi terpikat padanya? Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Love at first sight? Ya, Tuhan. Apa, apa aku telah jatuh cinta pada Kristi?

Mata Girianto pun terpejam. Namun bayangan wajah Kristi terus saja menari-nari indah di pelupuk matanya. Ah! Berkali-kali ia mendesah. Mencoba meluapkan kegundahan yang membelit hatinya.

"Hallo, 'Cerita Cinta'..."

"Iya, benar. Dari siapa dan di mana ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun