Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta dalam Lautan Banjir (Bab 2)

27 Maret 2016   23:13 Diperbarui: 9 Mei 2016   11:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Winda hanya menatap temannya itu, heran. Kristi menganggukkan kepala dan tersenyum. Perlahan lengkungan bibir Winda pun berubah. "Ya, udah, lu ikut pulang sama gue aja. Gimana?"

"Hah? Nggak bisa! Gila kamu! Mau ditilang polisi, apa? Bonceng tiga di motor?" Tiba-tiba Girianto sudah melancarkan protesnya saat mendengar omongan Winda.

Winda pun melotot. "Mas Giri, berisik amat, sih. Kan kita bisa lewat jalan tikus."

"Jalan tikus gundulmu!" Girianto terlihat sewot.

Kristi yang melihat perdebatan antara kakak-adik itu spontan tertawa ngakak. Girianto dan Winda serentak menatap Kristi dengan alis yang terpaut.

"Ups, sori!" Buru-buru Kristi menutup mulutnya. "Abis kalian lucu, sih."

Saat melihat Kristi tertawa, pandangan mata Girianto seakan tak mau lepas menatapnya. Entah kenapa, hatinya seolah terpikat melihat gadis semampai dengan lesung pipit di kedua pipinya itu tertawa lepas. Melihat mata gadis itu menyipit, ditambah lesung pipitnya, aih, betapa manisnya gadis yang berdiri tepat di hadapannya itu. Dan tanpa disadari, senyumnya pun mengembang.

Melihat perubahan pada abangnya, segera Winda mengibas-ngibaskan tangannya. Ia mencoba menyadarkan Sang Abang. Tapi, apa? Girianto hanya bergeming. Pandangan mata laki-laki berkulit sawo matang itu tetap tertuju ke arah Kristi yang menjadi salah tingkah dibuatnya.

Merasa tak diacuhkan Girianto, Winda pun kesal. Tanpa menghiraukan lagi abangnya, segera diseretnya langkah menuju parkiran, tempat motor bebek Girianto berada. Sedangkan Kristi, saat melihat sosok bapaknya di kejauhan, segera berlari ke arah Sang Bapak.

Kini, tinggallah Girianto seorang diri di ruangan resepsionis yang mulai sepi itu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun