"Yaelah.... Masa mesti gue jelasin juga? Lu itu 'pinpinbo' banget, sih?"
Saat mendengar kata "pinpinbo" keluar dari mulut Indah, spontan Kristi melempar sebuah bantal kursi ke arah sahabatnya itu. Untung Indah segera tanggap. Sehingga bantal tersebut hanya mengenai sandaran kursi tempat Indah duduk.
"Ih, gitu aja ngambek!" Indah menggerutu sendiri seraya memangku bantal hasil lemparan Kristi tadi.
"Tarik lagi nggak tuh kata-kata!" ancam Kristi. Matanya sampai melotot menatap Indah.
"Ih, takut!" Indah pura-pura bergidik.
Kristi makin memelototkan matanya.
"Iya, iya. Gue tarik lagi kata-kata 'pinpinbo' yang gue sebut tadi. Udah? Puas lu?"
Kristi tersenyum. Segera, diambilnya cangkir berisi teh manis di atas meja yang sebelumnya urung diminum. Kemudian matanya kembali menatap Indah. "Nah, lu bisa jelasin sekarang ke gue, ada apa dengan Girianto? Kenapa dia rajin banget ke rumah gue?"
"Mas Giri!" Indah meralat omongan Kristi. "Sopan dikitlah ama yang lebih tua."
"Udah, deh. Jangan buang waktu. Gue ke sini kan cuma pengen tau soal Girianto. Apa motif dia saban hari ke rumah gue? Bikin gue kesal aja."
"Oke, oke, kalo lu pengen tau." Indah diam sejenak sambil mengatur napas. Kemudian lanjutnya, "Itu... itu karena Mas Giri suka ama lu. Dan itu udah lama banget. Tepatnya, saat kita masih pake seragam putih-biru."