Mohon tunggu...
Ali Manshur
Ali Manshur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Independen

Hanya menyalurkan rasa gabut dengan menyajikan konten yang berbau masa lalu yang dimana membuat anda akan gamon (gagal move on). Jika ada kritik atau saran silahkan dan sangat dianjurkan. Mari belajar bersama bermanfaat kepada orang lain, walau hanya dengan kata. Matur thank you

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lima Arca Dhyani Buddha di Museum Daerah Tulungagung

18 Desember 2022   09:54 Diperbarui: 18 Desember 2022   10:09 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gambar hasil foto sendiri di museum daerah Tulungagung pada tanggal 1 Desember 2022

Di setiap sikap perenungannya, Dhyani Buddha melahirkan Dhyani Bodhisatwa yang jika diperincikan seperti: Wairocana melahirkan Samantabhadra, Aksobhya melahirkan Wajrapani, Amoghasiddha melahirkan Wiswapani, Ratnasambhawa melahirkan Ratpani, dan Amitabha melahirkan Awalokiteswara. 

Dhyani Bodhisatwara adalah pencipta alam bendawi, adapun alam bendawi saat ini merupakan hasil ciptaan Awalokiteswara yang dimana diutus oleh Dhyani Buddha Amitabha. 

Dalam upaya menyampaikan ajaran Darma kepada manusia, Dhyani Bodhisatwa memberi pancaran energi terhadap Manusia Buddha sebagai Guru yang diutus oleh Dhyani Bodhisatwa. Pancaran energi tersebut antara lain: Krakuccanda, Kanakamuni, Kasyapa, Sakyamuni, dan Maitreya.

Ciri Ikonografi Dhyani Buddha 

Arca Dhyani Buddha memiliki ciri ikonografi umum yang dimana setiap arca mempunyai mudra (sikap tangan) yang berbeda. Namun memiliki gambaran pengarcaan yang sama yakni memberi kesan yang bersahaja yang teralisasikan dalam wujud busana dan aksesoris. Umumnya pada pundak dan tangan kanan dibalut dengan kesaya (jubah tanpa yang tidak menutupi seluruh tubuh) dan pundak hingga dada serta tangan kiri terbuka tanpa ditutupi jubah. Selain itu gambaran bersahaja juga tampak pad kepalanya yang tanpa mahkota. 

Kemudian pada telinganya digambarkan melebar dan memanjang yang melambangkan Maha mendengar. Pada kelopak matanya setengah terpejam yang pandangannya fokus terhadap hidung. Birbirnya sedikit memberikan senyuman. Terdpat tonjolan bulat kecil diantara kedua keningnya yang biasanya disebut dengan urna. 

Dilehernya terdapat tiga garis bersejajar yang secara simbolik bermakna kesabaran. Pada bagian kakinya bersila dengan kedua telapak kaki menghadap keatas dan masing-masing menumpang paha yang berlawanan. 

Cara duduk seperti ini dilakukan ketika sedang semedi yang diistilahi dengan wajraprayanka atau vjrasana. Arca dhyani buddha digambarkan duduk disinggasana yang berbentuk seperti bunga teratai merah mekar yang disebutdengan padmasana. Tidak hanya itu, arca dhyani buddha memiliki ciri khusus yang terletak di mudra-nya. Mudra adalah gestur atau sikap yang bersifat simbolik atau ritual di Hinduisme dan Buddha. 

Kesimpulan

Arca dhyani buddha merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan majapahit yang ditemukan di candi Sanggrahan pada tahun 1908 dari laporan Knebel mengenai ditemukannya 5 arca dhyani buddha. 

Kemudia 5 arca tersebut di relokasikan ke museum daerah Tulungagung dengan alasan keamanan dan perawatan, karena pada tahun 1999-2000an marak terjadinya perusakan peninggalan bersejarah di Jawa Timur, tak terkecuali Tulungagung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun