Penjelasan Singkat Mengenai Tathagata Dalam Mahayana Buddhis
Istilah tatagatha berasal dari aksara Devanagari: ta-tha-ga-ta; pali dan sansakerta: Tathagata -- adalah istilah yang oleh Siddhartha Gautama dupakai untuk menyebut dirinya sendiri ketika masih hidup sebagai Manusia Buddha. Secara harfiah kata tersebut memiliki arti: Ia yang demikian pergi (Tathagata, demikian = tatha, pergi = pergi).Â
Namun ada juga yang mengartikan: Ia yang demikian datang (Tatha-agata: demikian = tatha, datang = agata). Tathagata merupakan salah satu gelar yang sering digaungkan oleh Buddha (Siddhartha Gautama) ketia merujuk pada dirinya sendiri.Â
Siddhartha Gautama merupakan salah satu dari banyaknya yang dimasa lalu dan masa depan akan mengalami pencerahan dan mengajari orang lain bagaimana cara mencapainya.Â
Dari cara pandang tersebut, terdapat beberapa Buddha baik yang kini, yang lalu, maupun yang akan datang. Konsep trikala yakni tiga bagian waktu: masa kini, lalu, dan masa yang akan datang turut meramaikan sistem Tathagata. Tidak hanya waktu (kala), adapun aspek area yang berupa penjuru mata angin yang ditambah satu di sentrum/pusat yang menghasilkan 4+1.Â
Tathagata merupakan sistem pantheon dalam Mahayana Buddhis yang mana adalah konsepsi atau cara berfikir yang dikenal dengan konsep 'Bodhisattva', untuk saling berbagi, saling tolong menolong, saling mengasah, saling mengasuh, saling mengasih.Â
Dalam Sansakerta "Mahayana" secara harfiah baerarti jendral besar, yang disebutkan untuk satu diantara dua aliran utama dalam agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha.Â
Terdapat tiga pengertian utama Mahayana, yakni: 1. Kumpulan besar dari dua tradisi agama Buddha yang terdapat saat ini, 2. Tingkat spiritual yang dikenal dengan Bodhisattvayana, Hinayana atau Shravakayana, 3. Satu diangata tiga jalan menuju pencerahan,dua diantaranya Hinayana dan Vajrayana.Â
Ada tiga Kebudhaan pada Mahayana Buddhis, yakni: 1. Dhyani Buddha, 2. Dhyani Boddhisattwa, dan 3. Manusi Buddha. Dari filosofi Mahayana maka arca Buddha yang dipuja terdiri dari banyak Buddha, terdapatnya banyak Buddha tersebut dijabarkan dari ajaran lima skandha yakni lima penyusun unsur kehidupan, antara lain: 1. Rupa (tubuh, bentuk, materi, gambaran kesan), 2. Wedana (perasaan, sensasi yang diterima dari rupa), 3. Samjna (pengamatan, persepsi), 4. Samskara (aktifitas mental, kehendak), 5. Winana (kesadaran). Lima unsur ajaran tersebut juga dijumpai dalam diri Sang Buddha yang dimana setiap unsur mewakili satu tokoh Buddha yang disebut dengan 'Tathagata'.
Lima sistem Tathagata terbut antara lain: 1. Wairocana yang berarti bersinar atau yang menyinari, 2. Aksobhya yang berarti tenang atau tidak terganggu, 3. Ratnasambhawa yang berarti yang dilahirkan dari permata, 4. Amitabha yang berarti terang dan kekal, 5. Amoghasiddha yang berarti keuntungan yang tidak binasa.Â
Kelima tathagata ini dalam perkembangannya dihubungkan dengan 4 penjuru mata angin dan tengan sebagai titik sentrumnya hingga membentuk dengan rincian sebagai berikut: 1. Amoghasiddha berkuasa di utara, 2. Aksobhya berkuasa ditimur, 3. Ratnasambhawa berkuasa di selatan, 4. Amitabha berkuasa di barat, 5. Wairocana berkuasa di tengah (sentrum)