Mohon tunggu...
Alifito Rachmaya
Alifito Rachmaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 | SMAN 1 Padalarang

Alifito Rachmaya XII MIPA 2 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seliguri, Bunga Para Pribumi

21 November 2021   11:09 Diperbarui: 21 November 2021   11:28 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Majalah Menara Poetri kian ramai diperbincangkan oleh masyarakat, ada rasa senang dan rasa khawatir karena kudengar para kompeni sudah mulai mencari siapa tokoh di balik nama Seliguri ini. Para kompeni mulai bergerak karena majalah yang ku buat benar benar mempengaruhi para pribumi bahkan sebuah koran di Surabaya yang bernama Penyebar Semangat sampai menulis perihal majalah Menara Poetri ini. 

Berhari hari aku bersama kawan kawanku terus mengeluarkan majalah majalah baru dan terus menyebar luaskannya, tetapi kian lama kami kehabisan pemasukan untuk melanjutkan majalah Menara Poetri ini, aku mencari akar permasalahan kenapa bisa seperti ini ternyata banyak sekali orang orang yang hanya membaca tanpa membayar tagihannya setelah ku dalami ternyata hanya 10% orang yang membayar tagihan dari kian banyaknya majalah yang kami keluarkan. Usaha kami tidak sepenuhnya berhasil kembali.

Kegiatanku terasa sangat sepi, kini aku hanya mengajar murid muridku setiap harinya dan di hari libur aku selalu menghabiskan waktu dengan membaca buku yang ditemani secangkir the hangat yang nikmat. Seketika terlintas di benakku sesosok pria dan wanita yang sangat kucintai, ya dia adalah Apakku dan juga Amakku. Sudah lama bagiku tak kembali kesana, Aku berencana akan pulang ke kampung halaman karena sudah cukup lama bagiku untuk meninggalkan tempat yang menyimpan jutaan kenangan semasa kecil, ingin sekali aku melepaskan beban pikiran di tanah kelahiranku.

Perjalananku cukup lama untuk sampai ke rumah, saat ini cahaya mentari sudah kian berubah menjadi oranye, aku terus melangkah hingga akhirnya aku tiba di depan pintu masuk tempat dimana aku dilahirkan, diriku tersenyum melihat kondisi tempatku yang tak terlalu banyak berubah masih menjadi tempat yang cukup damai. Aku memasuki desa sembari menggendong tas yang cukup berat dan menggenggam tangan kecil yang manis, ya aku menggenggam anakku yang masih balita, orang orang memandangiku dan beberapa darinya ada yang mengenalku dan menyapa diriku, aku membalas sapaan mereka sembari tersenyum aku melihat para wanita disini sudah kian membaik tidak diperlakukan seperti dahulu, diantara mereka ada orang orang yang pernah aku ajarkan ilmu ilmu yang aku dapatkan semasa kecil.

"Hei Rasuna, Bagaimana kabarmu?"

"Rasuna aku senang sekali bertemu denganmu."

"Aku senang melihatmu sehat sehat saja."

"Dik Rasuna terimakasih sudah membantu anak kami sewaktu kecil, kini ia sedang merantau mencari ilmu seperti dirimu."

"Rasuna..."

Banyak sekali orang orang yang menyapa dan banyak juga dari mereka yang membagi cerita mereka kepadaku, aku dengan senang hatinya mendengarkan dan memberikan tanggapanku kepada mereka, apalagi aku sangat senang ketika diriku menjadi inspirasi bagi orang lain untuk menjadi lebih baik.

Ternyata Allah selalu memberikanku jalan untuk terus berjuang untuk negriku, kali ini aku ikut serta untuk mendirikan organisasi pemuda Nippon Raya di Padang tapi sayangnya jepang membubarkan apa yang telah kami dirikan. Setelah cukup lama dari pembubaran Nippon Raya, aku bersama Khatib Sulaiman ikut memperjuangkan dibentuknya barisan Pembela Tanah Air (PETA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun