Imam tertawa kecil. "Mungkin begitu. Tapi Mas Ridwan, saya punya firasat, cincin-cincin itu membawa kita pada pertemuan ini."
Ridwan tersenyum. "Tampaknya begitu, Pak Kyai."
Dalam hatiku, aku bertanya-tanya. Jangan-jangan pertemuan ini bukan kebetulan semata. Om Ridwan dan Pak Kyai itu berbicara seolah mereka sudah lama saling mengenal. Apakah mereka berdua adalah wali yang tersembunyi?
"Kita ini mungkin hanya perantara dalam takdir," kataku dalam hati, sambil melihat Ridwan yang asyik berbincang dengan Pak Kyai.
Saat kami beranjak pergi, Ridwan tersenyum lebar. "Mungkin cincin-cincin ini lebih dari sekedar perhiasan, Om Munir. Siapa tahu, mereka membawa berkah dan pertemuan yang luar biasa."
Aku tersenyum, mengangguk setuju. "Betul, Wan. Mungkin kita hanya baru memulai memahami makna dari perjalanan ini."
Dengan hati yang penuh rasa syukur dan pikiran yang terbuka, kami melanjutkan perjalanan untuk pulangÂ
Sekian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H