Om Ridwan, tampil dengan ciri khasnya: empat cincin batu akik yang menghiasi kedua tangannya. Ketika kami pergi meliput acara petik laut di Desa Sumberanyar, Paiton, cincin-cincin itu tetap menemaninya, memancarkan kilau di bawah terik matahari.
Setelah selesai meliput acara dan melepas lelah sejenak, kami berencana mengunjungi rumah seorang teman untuk mencari informasi tambahan. Tepat setelah Dzuhur, di tengah cuaca yang sangat panas, kami memutuskan untuk singgah di sebuah warung kecil.
"Kayaknya asik juga ngobrol di sini, sambil nunggu teman," kataku, melihat Om Ridwan yang tampak antusias.
"Betul, sekalian bisa ngadem," jawab Om Ridwan sambil mengelap keringat di dahinya.
Kami duduk dan memesan minuman teh hangat. Pemilik warung, seorang wanita paruh baya ngobrol ringan mulai mengalir, tapi tiba-tiba aku merasa ingin mandi di mushola dekat situ.
"Om Ridwan, aku mau numpang mandi di mushola sebentar," kataku.
"Baik, aku tunggu di sini aja," jawabnya sambil melanjutkan obrolan dengan pemilik warung.
Setelah mandi dan merasa segar kembali, aku kembali ke warung. Perbincangan di warung. Om Ridwan tampak mulai mengantuk, mungkin karena kelelahan. Ia tertidur sambil duduk di sebelah pintu warung. Aku memutuskan untuk membangunkannya dan mengajaknya istirahat di mushola.
"Om Ridwan, ayo kita ke mushola. Istirahat sebentar di sana lebih nyaman," kataku sambil menepuk pundaknya.
"Hmm... Oke," jawab Om Ridwan sambil menguap.