Mohon tunggu...
Ali NR
Ali NR Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

Tetap semangat sampai tujuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajadah untuk Raka

30 Desember 2020   07:25 Diperbarui: 30 Desember 2020   07:36 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


             "Dila, kita pulang aja yuk, aku takut,"  bisik Hana, tubuhnya semakin gemetar.


             Kuperhatikan sekelilingku yang sepi, dan kini semua teman-teman dari preman itu mulai mendekat dan ikut nimbrung dengan kami, dan hal itu membuat Hana menjadi semakin gemetar nyalinya benar-benar telah hancur lebur. Tapi untung saja sebelum mereka bertindak lebih jauh pak Hartono langsung datang menemui kami, sehingga para preman itu tak berani berbuat macam-macam. Kami disambut ramah oleh pak Hartono dan juga warga di sana, semuanya sungguh diluar dugaan kami.


           Awalnya aku pikir kedatangan kami tidak akan disambut oleh mereka tapi ternyata mereka malah begitu gembira melihat kami, kecuali preman-preman yang suka nongkrong di ujung kampung.


         Selama kami mengadakan penelitian, Pak Hartono banyak membantu kami kususnya menangani para preman, dan aku baru tahu kalau ternyata Pak Hartono seorang Jawara yang paling disegani di wilayah itu.


          Hari terus berlalu tanpa terasa sudah hampir satu minggu kami bolak balik di kampung Bulak, selain kami mengadakan penelitian, kami juga mengajarkan anak-anak di sana untuk bisa membaca dan menulis serta mengaji.


          Tapi entah kenapa belakangan ini setiap kali ketempat itu, aku merasa ada sepasang mata yang terus mengawasi dan mengikuti sampai suatu ketika aku berhasil memergokinya. Aku segera mengambil kayu balok yang tak jauh dari tempatku berdiri dan dengan penuh hati-hati aku mendekati persembunyiannya tapi begitu aku ingin mengayunkan kayu balok itu ternyata hanyalah seorang anak kecil.


         "Ampun kak, ampun.!  Teriak anak itu sembari menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Aku menghela napas panjang sembari terus memperhatikan anak itu yang masih ketakutan.


            "Jangan takut dek, kakak enggak akan nyakitin kamu kok."  ujarku sembari membantunya berdiri.


            "Maaf kak, aku lapar," ucapnya polos, aku tersenyum sembari mengelus kening anak itu, dan memberinya sepotong roti yang selalu aku bawa sebagai bekal.


            "Siapa namamu, dan kenapa belakangan ini adek selalu mengikuti aku?  Tanyaku lagi sembari tersenyum.


             "Namaku Raka kak,"   jawabnya sembari menyantap roti yang tadi kuberikan, aku tersenyum, dan mengusap kembali keningnya sebelum aku pergi meninggalkan tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun