Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pengajar

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu untuk Sahabat

21 Desember 2017   18:58 Diperbarui: 21 Desember 2017   19:04 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya sudah. Hati-hati nak. Jangan lama-lama." kata mama sambil memperbaiki jilbabku.

Toko sepatu tak jauh dari rumah kami. Aku hanya perlu berjalan keluar dari lorong lalu belok kanan kurang lebih 100 meter. Toko yang hanya dijaga oleh seorang penjaga berkacamata ini cukup memanjakan mata pengungjungnya. Interiornya tak kalah dari toko sepatu yang ada di Mall. Aku memilih sepatu merek Diadora berwarna biru. warna kesukaan Firyal. Ia pasti pasti suka.

***
Jarum pendek merangkak tepat di angka 3 ketika aku memasuki kamar. Baru saja aku hendak merebahkan badan di kasur, tetiba pintu kamar diketuk dengan hebatnya.

"Kak! Buka kak! Kakak coba lihat ini!!" Teriak Firyal dari luar. Gagang pintu bergerak-gerak pertanda ia tidak sabar membuka pintu.

"bentar dek."

"Taraaaa!!!" katanya ketika aku membuka pintu.
Adikku yang berumur 8 tahun itu sedang memegang kotak sepatu yang kuberikan kemarin. Tapi tunggu. Di sana ada sepasang sepatu yang berbeda warna. Sebelah kanan berwarna biru dan sebelah kiri berwarna merah. Sepatu biru sudah kupastikan yang kubeli kemarin. Belum sempat aku menanyakannya, Firyal sudah menerobos masuk mengambil posisi duduk menyilang di atas kasur.

"Kak, bagus tidak sepatunya?" tanyanya antusias.

"hmm.. Hmm.. Hmm" aku hanya bisa ber'hmm hm ria. Bingung mau jawab apa.

"Jadi ceritanya, kami bertukar sepatu sebelah kak. Kalau dipakai, jadi mirip pemain bola yang terkenal itu loh kak. Kek di tipi-tipi. Kan bagus. Sebelah merah. Sebelah biru. Biar keki keki.... Keki...."

Belum sempat Firyal menyelesaikan kalimatnya, aku langsung memotongnya

"kekinian!!... Huuu... Sok dewasa kamu dek." kataku sambil menarik hidungnya yang mancung.
Lagi-lagi garis di sudut bibirnya menjulang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun