''Pokoknya sepatu, Mamah! Adek mau seepaatuu ...!''
''Buat apa, Adek? Bukannya sepatu Adek masih bagus?'' Terdengar suara Mama di tengah gemerincing piring dari arah dapur.
''Aa... ee... emm... Ada deh, Mah!''
Pasti adikku merengek lagi minta dibelikan sepatu. Entah kenapa sejak kemarin dia minta dibelikan sepatu, dan anehnya dia minta dibelikan sepatu bola. Memang, sih, dia agak tomboy. Tapi, kalau sepatu bola? Apa tidak kelewatan?
''Adek, sepatu sebanyak itu buat apa?'' Aku keluar kamar langsung menunjuk rak sepatu,
''lagian sepatu bola buat apa? Mau main bola? Di mana?''
Bukannya menjawab, dia malah mendekati dan memintaku membungkuk, ''Bukan buat Adek, Kak,'' bisiknya.
''Terus?'' Tanyaku pelan. Heran, kenapa juga aku ikut berbisik.
''Buat kado temenku, besok dia ultah.''
''Kenapa harus sepatu? Mainan aja, kan, lucu.'' Saranku tak niat.
''Nanti sepatunya kita bagi, satu buat aku, satu lagi buat dia,'' masih berbisik.
''Lho, kok?'' Sial, aku masih ikut berbisik penasaran.