Dan Pak Nganamosa, sang pengusaha yang merasa telah memenangkan permainan, menderita sakit misterius. Dokter tak menemukan penyebabnya, tetapi tubuhnya melemah hari demi hari. Ia kehilangan kendali atas bisnisnya, sementara rekan-rekannya mulai meninggalkannya satu per satu.
***
Di sisi lain, Lakoloka yang hidup di balik jeruji besi menjalani hari-harinya dengan tenang. Meski penuh keterbatasan, ia tetap sehat. Doa dan harapan membuatnya bertahan. Anak-anaknya kini diasuh oleh komunitas sosial yang peduli, memberi mereka kesempatan untuk tetap bersekolah.
"Keadilan akan mencari jalannya sendiri,"Â kata seorang narapidana tua yang menjadi teman Lakoloka di penjara. "Orang yang bermain-main dengan hukum untuk orang jujur pasti akan menyesal pada akhirnya."
Dan benar saja, amplop-amplop cokelat yang pernah diterima hakim dan jaksa itu ternyata tak pernah bisa mereka nikmati. Uang itu hanya membawa malapetaka bagi mereka.
***
Keadilan mungkin terlambat datang, tetapi ia tetap hadir. Di atas panggung sandiwara hukum, para pemain yang bermain curang satu per satu kehilangan peran. Sementara itu, orang-orang seperti Lakoloka tetap berdiri teguh, menjadi bukti bahwa doa dan ketulusan adalah kekuatan yang tak bisa diabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H