Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Runtuhnya Peradilan di Amplop Coklat

27 Desember 2024   18:57 Diperbarui: 27 Desember 2024   18:57 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Pak Nganamosa, sang pengusaha yang merasa telah memenangkan permainan, menderita sakit misterius. Dokter tak menemukan penyebabnya, tetapi tubuhnya melemah hari demi hari. Ia kehilangan kendali atas bisnisnya, sementara rekan-rekannya mulai meninggalkannya satu per satu.

***

Di sisi lain, Lakoloka yang hidup di balik jeruji besi menjalani hari-harinya dengan tenang. Meski penuh keterbatasan, ia tetap sehat. Doa dan harapan membuatnya bertahan. Anak-anaknya kini diasuh oleh komunitas sosial yang peduli, memberi mereka kesempatan untuk tetap bersekolah.

"Keadilan akan mencari jalannya sendiri," kata seorang narapidana tua yang menjadi teman Lakoloka di penjara. "Orang yang bermain-main dengan hukum untuk orang jujur pasti akan menyesal pada akhirnya."

Dan benar saja, amplop-amplop cokelat yang pernah diterima hakim dan jaksa itu ternyata tak pernah bisa mereka nikmati. Uang itu hanya membawa malapetaka bagi mereka.

***

Keadilan mungkin terlambat datang, tetapi ia tetap hadir. Di atas panggung sandiwara hukum, para pemain yang bermain curang satu per satu kehilangan peran. Sementara itu, orang-orang seperti Lakoloka tetap berdiri teguh, menjadi bukti bahwa doa dan ketulusan adalah kekuatan yang tak bisa diabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun