Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kaleng-Kaleng Kesepian

14 November 2024   21:33 Diperbarui: 14 November 2024   21:47 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi kaleng horor yang memakan orang yang memakan isinya, olahan GemAIBot, dokpri)

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Setelah berjam-jam terkurung dalam ketakutan, seorang gadis kecil, Lila, teringat akan pelajaran yang pernah diajarkan di sekolah. "Kita harus bersatu! Hanya dengan bekerja sama, kita bisa keluar," katanya dengan suara bergetar. Tren positifnya menyebar, dan satu per satu anak-anak mulai berusaha bergerak, saling membantu untuk berdesakan ke ujung kaleng. Dengan kekuatan persatuan, anak-anak itu berusaha menekan bagian-bagian kaleng yang rapuh.

Tanpa diduga, kaleng-kaleng itu mulai bergetar dan akhirnya mengeluarkan suara keras, seolah merespons keteguhan hati mereka. Dengan satu dorongan kuat, beberapa kaleng terbuka dan anak-anak pun berhasil keluar dari kegelapan. Namun, pemandangan di luar menjadi semakin mengerikan, desa mereka telah ditinggalkan seakan semua tidak terjadi.

Mereka berlarian, mencari tempat yang aman, sambil ciut dengan rasa takut. Kini, tak ada lagi yang tertawa, hanya ada lirih tangis yang mengantarkan mereka ke suatu tempat di mana mimpi bisa kembali dipupuk. Di dalam hati mereka terukir janji, untuk tidak lagi terjebak dalam janji kosong yang diucapkan oleh mereka yang berkuasa.

Malam itu, bukan hanya kaleng-kaleng yang hancur. Harapan yang sempat diterima di desa itu juga hancur, dibawa oleh keserakahan para pemimpin yang tak bertanggung jawab. Namun, setelah malam kelam itu, Lila dan teman-temannya mulai belajar tentang kekuatan suara dan persatuan. Mereka akan bercerita tentang ikan kaleng yang pernah membawa mereka ke kegelapan, mengingatkan setiap generasi tentang bahaya iming-iming manis yang menyamarkan ketidakadilan.

Desa itu mungkin terluka, tetapi anak-anak itu tidak akan pernah lupa. Mereka akan menjadi suara bagi yang tak bersuara, menjaga agar kaleng-kaleng kesepian itu tidak pernah kembali, selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun