Semua anggota lainnya lari terbirit-terbirit mencari keberadaan mereka dengan kondisi hutan yang memiliki semak belukar. Menjadi sulit karena hutan ini bukan hutan yang mereka kenali sebelumnya ditambah lagi belum pernah ada kejadian tragis seperti ini.
Pencarian tersebut berhasil, tetapi menjadi momen yang memilukan. Semua anggota kecuali pemuda yang jatuhnya itu semua menatap dengan kesedihan dan tak bisa berkata apa-apa. Bibir mereka gemetaran begitu banyaknya perasaan berkecamuk di dalam pikiran mereka menyaksikan salah satu anggota mereka mengalami kecelakaan di hadapan mereka secara langsung.
Pemuda itu yang terkulai lemas itu berusaha mengucapkan kata-kata tetapi sangat sulit karena kondisinya yang sekarat. Napasnya tersengal-sengal seolah berusaha menarik kembali nyawanya yang hendak melepaskan diri dari tubuhnya.
"Air, air, berikan aku air," pinta pemuda tersebut.
Mereka berusaha menggerakkan badan secara hati-hati mencari cara agar dia bisa bisa sedikit bersandar agar dia memperoleh minuman. Segera setelah itu mereka mengeluarkan air minum yang di simpan di dalam anjat mereka. Diminumkan air itu kepadanya.
Setelah meminum air itu, sambil menarik napas dengan ritme yang cepat pemuda itu memandangi semua anggota pencari madu dan berkata kepada,
"Kalian tak akan percaya dengan apa yang kulihat! Ini benar-benar memabukkan. Ini semua balik mata. Apa yang terlihat dan dirasakan semuanya hanya ilusi. Seolah semuanya nyata tetapi TIDAK! Semuanya PALSU! Hati-hati dengan apa yang kalian lihat meskipun itu terlihat indah ataupun menakjubkan. Ingat cuma balik mata. Waraslah, waraslah!
Regu yang pertama kali yang menemukannya sangat memperhatikan apa yang dikatakan pemuda itu. Dan dengan rasa penasaran yang tinggi, dia bertanya kepada pemuda yang sekarat itu, "Apa yang sebenarnya kau lihat beritahu kami," kata dia dengan mulutnya yang bergetar.
Pemuda itu dia menarik napas dengan panjang dan berusaha menjawabnya semampunya, "Perempuan itu memperkenalkan dirinya sebagai "Waween Payakng". Dia membunuh pria dengan menjebak, jebakannya adalah mengajak kita berjalan-jalan di sebuah taman bahkan mengajak kita berkencan. Dia sangat memanjakan-manjakan kita. Kita pun bisa merasakan dia seakan-akan manusia tetapi nyatanya bukan!"
Para anggota pencari madu saling menatap satu sama lain kebingungan dan tidak mengerti apa yang diceritakan. Tiba-tiba saja pemuda sekarat itu menarik napas dengan ritme yang lebih cepat lagi, "Hah, hah, aaarrrghhh, hah, hah" suara pemuda itu. Menyadari situasi yang dirasa tidak mungkin untuk hidup, Pemuda yang menemukan dia segera bertanya kembali.
"katakan apa lagi yang harus kami tahu," permintaan pemuda itu dengan berlinang air mata dan tersedu-sedu.