Semakin sering ke wilayah pesisir, semakin dalam saya memikirkan masalah jebakan kemiskinan yang dirasakan kelompok masyarakat tertentu. "Semua kehidupan kami ditopang oleh alam. Kami tidak memikirkan uang kecuali untuk anak-anak kami, terutama pendidikan", kata mereka.Â
Lalu di suatu titik dalam kehidupan mereka, ketika mereka terdesak karena dapur gagal mengepul, anak-anak akan berhenti ke sekolah, lalu berangkat ke hutan untuk mengais sagu.
***
Sebagai seorang statistisi di Sorong Selatan, saya berulang kali ditugaskan untuk melakukan pendataan di wilayah pesisir yang kehidupannya banyak bergantung pada alam.
Kabupaten Sorong Selatan memang salah satu kabupaten di Papua Barat Daya yang masih lumayan banyak bergantung pada hasil hutan.
Hasil Sensus Pertanian 2023 menyatakan bahwa sekitar 40% petani perseorangan di kabupaten ini merupakan unit pertanian yang bergerak di bidang pemungutan hasil hutan, yang mayoritasnya adalah 'tokok' sagu.
Padahal, Papua Barat Daya sendiri secara umum sebenarnya tidak lagi terlalu bergantung pada pemungutan hasil hutan. Hanya sekitar 10% dari unit pertanian perseorang di provinsi ini yang menjadikan pemungutan hasil hutan sebagai mata pencahariannya.
Sebenarnya tidak semua wilayah Kabupaten Sorong Selatan merupakan wilayah pesisir. Oleh karena itu, kami selalu membagi topologi kabupaten ini ke dalam dua jenis wilayah : pesisir dan wilayah perkotaan.
Wilayah perkotaan dengan pusat distrik ibukota, Teminabuan, merupakan wilayah dengan distrik-distrik yang gaya kehidupannya masih banyak melibatkan kegiatan ekonomi seperti jual-beli, jasa transportasi, dan pekerjaan kantoran.
Selain Teminabuan, terdapat beberapa distrik yang berada di seputaran Teminabuan yang gaya kehidupannya masih mirip dengan wilayah lain di Papua Barat Daya.