Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Memaknai Resepsi Pernikahan sebagai Rasa Syukur, Pamer, atau Utang Piutang

24 Januari 2023   00:41 Diperbarui: 26 Januari 2023   01:45 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikah (Freepik/senivpetro)

Kamu kalau ada undangan pernikahan, ngasih amplop duit gak?

Terus amplopnya dikasih tulisan namamu juga gak, dari si A, dari si B gitu?

Ehh, ada juga loh yang menggelar resepsi pernikahan hanya karena faktor uang amplopan tersebut agar dapat dikembalikan. Serius!

Jadi sejauh ini yang saya ketahui, banyak orang yang datang ke resepsi pernikahan kemudian salaman dengan amplop berisi uang dengan jumlah tertentu, yang nantinya juga dicatat itu uang dari siapa dengan nominal berapa.

Nantinya saat mereka sendiri yang punya gawe/resepsi nikah/anaknya wajib untuk dikembalikan. Bahkan kalau bisa nominalnya lebih dari yang dulu ia memberikan isi amplopnya alias menyesuaikan kurs mata uang.

Sehingga sampai sini kita dapat menarik kesimpulan, bahwa beberapa orang (tidak semua) itu menggelar resepsi pernikahan faktor jumlah amplopan yang ia berikan saat datang ke resepsi pernikahan teman, kenalan, dan lainnya itu seperti utang piutang yang harus dikembalikan.

Karena jika kita tidak menggelar resepsi pernikahan, nantinya uang amplopan (bowo) yang selama ini kita berikan pada semua orang yang hajatan/mengundang kita untuk hadir tersebut tidak akan kembali kalau kita tidak menggelar resepsi.

Jika dimaknai lebih dalam lagi, tradisi seperti ini sama saja seperti tradisi utang piutang alias simpan pinjam, dan itu juga berbahaya untuk kelanjutan hidup karena terbeban piutang buwuan (uang amplopan hasil hajatan).

Apalagi saat kita telah habis usia (meninggal), hal paling utama diungkapkan sebelum kita dikubur adalah masalah utang piutang. Sehingga jika dimaknai lebih dalam lagi ini berbahaya karena membebani keluarga yang kita tinggalkan nanti harus mengembalikan uang (amplop) hasil hajatan/resepsi tersebut.

Utang dalam konsep amplopan resepsi ini berbeda dengan jenis kita yang utang/mencicil secara kredit untuk membeli motor/mobil/rumah.

Karena dalam hal tersebut ketika kita meninggal, kemudian keluarga yang ditinggalkan tidak kuat untuk melanjutkan mengangsur cicilan kita, otomatis barang dalam bentuk motor/mobil tersebut langsung disita/diambil oleh satu pihak (leasing) yang bersangkutan dan selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun