"uuuhhh nih siomay selalu enak ya" ucap Firhan sembari mengunyah siomay bandung yang penuh dimulitnya.
  "iya, kan pak pendi emang asli Bandung jadi rasaya mirip kayak yang di Bandung" jawab Sonya yang juga sambil mengunyah.
   "ah emang kalian aja yang rakus apa aja dibilang enak" seperti biasa Angga selalu berbicara sinis, dia seperti antitesisnya Firhan dan Sonya.
   "gak jelas lu, tuh liat coba anak-anak yang lain juga selalu antri kok buat beli siomaynya pak pendi" sonya merasa tidak setuju dengan pernyataan Angga sembari  menunjuk kearah gerobak pak pendi yang penuh antrian.
   "eh bentar ya aku mau nambah siomay lagi" ucap anggota kelompok mereka di sebelah, yang memang badannya cukup gempal
   "kalian enggak mau nambah ?" lanjut anak itu.
   " eee...enggak sok kamu aja, kita gak ada duit hehehe" jawab Firhan sembari memotong sisa siomay di piringnya.
    Mereka bertiga asik mengobrol tentang apa kira-kira barang kebutuhan pribadi yang akan  dibawa keperjusami nanti, apalagi sonya adalah seorang perempuan yang memang biasanya lebih ribet ketimbang laki-laki dalam mempersiapkan barang pribadinya, namun obrolan mereka berubah ketika rekan mereka yang berbadan gempal itu kembali kemeja mereka, sembari memberi sebuah pertanyaan.
   "eh kalian percaya gak sih, kalo dulu di sekolah kita pernah terjadi pembunuhan seorang wanita ?"
   "hah yang bener?" tanya sonya kaget
   "iya jadi dulu itu ada seorang wanita cantik  yang hidup sendiri dan dia berdagang dikantin sekolah kita ini, tapi suatu ketika dia ingin di usir oleh warga dan pedagang kantin yang lain, karena katanya wanita ini bersekongkol dengan kelompok aliran sesat, untuk melariskan makanannya, dan rumor yang beredar dia juga selingkuhan kepala sekolah kita yang dulu"