Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Klan Aristokrat Hulu Sungai Kalimantan Selatan

2 November 2024   00:22 Diperbarui: 7 November 2024   15:32 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Aristokrat merupakan elit kelas sosial yang menempati kasta tertinggi, umumnya berasal dari kelas Bangsawan, yang dahulu mempunyai peran utama dalam kekuasaan dan pemain penting politik, pemerintahan, ekonomi dan agama. Kelas Bangsawan muncul dalam berbagai struktur, bukan hanya didalam sebuah struktur pemerintahan, seperti Kerajaan traditional misalnya, tapi bahkan muncul dalam struktur lebih kecil, seperti sebuah sub suku.

 

Hulu Sungai adalah pusat peradapan dan kebudayaan dari banyak kerajaan besar yang pernah muncul, Kerajaan nan sarunai, Kerajaan Tanjung pura, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Dipa, dan Kerajaan Daha yang pernah menjadi salah satu Kerajaan terkuat dan terbesar di Nusantara, mendominasi secara politik sebagai besar Pulau Kalimantan pada jamannya selama beberapa abad. Dominasi itu lah yang pada dasarnya memberikan salah satu titik awal kekuatan dan pengaruh aristokrat Hulu Sungai yang membedakan dengan wilayah lain di kawasan.

 

Klaim sebagai salah satu Kerajaan terbesar dan terkuat di jamannya sebenarnya tidaklah berlebihan, dengan melihat luas wilayah kekuasaan dan pengaruhnya yang pernah meliputi tiga perempat Pulau Kalimantan, maka akan sulit mencari tandingannya dijamannya. Klaim ini terkonfirmasi dalam perjanjian antara Kesultanan Banjar dan VOC pada tahun 1782, yang menjadi dasar penjajahan belanda di Kalimantan, dan seperti kita ketahui pula, Kerajaan banjar pada dasarnya mewarisi wilayah-wilayah yang pernah di kuasa oleh Kerajaan Daha.

 

Setelah Kerajaan Daha runtuh, Hulu Sungai terbagi dalam dua wilayah politik, yaitu Banua Lima yang meliputi wilayah-wilayah di sepanjang Sungai Bahan hingga Sungai Tabalong dari selatan ke utara, seperti Margasari, Negara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Tabalong, dan wilayah Alai yang dikuasai oleh Raja terakhir Kerajaan Daha yaitu Pangeran Tumenggung dan para keturunannya tetap berkuasa di wilayah timur Hulu Sungai yaitu Alai dan Amandit, yaitu wilayah yang meliputi Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan hari ini, wilayah yang juga dikenal dengan nama Pahuluan karena terdapat banyak Sungai -Sungai kecil yang berhulu atau bersumber dari pegunungan meratus. Mereka mendirikan sebuah Kerajaan yang oleh seorang Belanda dicatat dilaporan dan disebut dengan nama Kerajaan jatuh.

 

Meskipun terdengar asing bahkan di Kalimantan sendiri, Sumber utama mengenai Kerajaan Jatuh sejauh yang bisa didapat ada dalam laporan De Roy yang terbit pertama kali pada tahun 1700, laporan De Roy kemudian dijadikan sebagai referensi utama dibanyak buku-buku Barat dalam berbagai bahasa di sepanjang tahun 1700an. Kemudian laporan Francoin Valentyn yang terbit tahun 1726 yang menyebutkan Kerajaan Jatuh bersama Kerajaan lain di Pulau Kalimantan seperti Kerajaan Sambas, Kerajaan Landak dan Kerajaan Karimata, sebagai entitas Kerajaan yang berbeda dengan Kerajaan Banjarmasin, Bahkan dengan memunculkan ilustrasi peta Pulau Kalimantan dengan tulisan Rijk van Jatoeh, atau kerajaaan jatuh yang berada di pedalaman Pulau Kalimantan. Sebuah laporang lain juga menyebut nama raja alai, yang diisukan bekerjasama dengan pangeran Amir.

Penamaan Kerajaan jatuh atau Kerajaan Alai kemungkinan besar berdasar informasi de Roy diatas, yang menjelajahi Kerajaan-Kerajaan di sepanjang pesisir barat dan selatan Kalimantan pada tahun 1690 M , De Roy mengunjungi wilayah Hulu Sungai tepatnya di Kota Negara di pedalaman Sungai Bahan, Kota Negara sendiri merupakan wilayah utama dari Kerajaan Daha, Kerajaan yang dahulu pernah menjadi Kerajaan paling kuat dan berkuasa di Pulau Kalimantan. dari Kota Negara de Roy memasuki lebih ke pedalaman ke wilayah yang disebut dengan Alai, wilayah yang saat itu terkenal sebagai wilayah tambang emas, disana De Roy bertemu dengan Tumenggung Gusti di keratonnya yang berada di Banua Asam, kemudian De Roy bersama Tumenggung Gusti menghadap Raja di kampung Jatuh. Mungkin saja karena Raja wilayah Alai ini berada di Kampung Jatuh, wilayah ini kemudian disebut Kerajaan Jatuh.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun