Marepe' adalah alat bantu dari bambu yang dihaluskan, kemudian disimpul seperti pita. Simpulan bundar itulah yang diikat menggunakan tali rafia agar simpulnya tidak berubah.
Lubang pada simpulan mesti mampu menampung biji kemiri. Biji kemiri ditaruh di lubang, marepe' diayun, diantupkan di batu yang beralas datar. Tass. Seperti bunyi letosan leduman, permainan tradisional dari bambu itu. Namun bunyi yang dihasilkan tidak nyaring seperti leduman. Kulit kemiri yang keras pecah. Isi kemiri yang bewarna putih langsung "diamankan" ke dalam karung.
Aldy mengungkapkan, sebelum mengambil isi kemiri, pertama-tama kemiri harus dijemur seharian, dipanggang satu malam dari jam 18.00 - 06.00. Bahan untuk memanggangnya pun memakai kulit kemiri. Setelah dibakar, didiamkan, lalu direndam air.
"Ada caranya sendiri untuk melepaskan kulitnya. Kalau tak lihai, bisa-bisa isi kemiri ikut rusak (hancur). Jika tak terlalu hancur, masih bisa diambil. Sebenarnya, ada beberapa faktor, pertama, karena suhu memanggang kemiri masih kurang. Itu yang membuat kemiri di samping tak masak, juga kulit dan isi kemiri masih menyatu," ujar Aldy.
"Pembeli biasa ke sini dan ada juga yang langsung di bawa ke gudang di Makassar. Dan mengenai berapa kemiri yang dihasilkan pada satu pohon, itu tergantung. Ada yang bisa menghasilkan lima pikul (1 pikul 60 kg), kadang lebih dan kurang.
Jika musim kemiri, begini saja yang kita lakukan. Tapi kalau bukan musimnya, biasa kita berkebun, cari makanan kambing, atau mengerjakan apa yang dikerjakan," tuturnya.
Siapa yang mengumpuli biji kemiri ini?
"Nanti di jalan akan ditemui pemikul biji kemiri," katanya.
Anak Sekolah