"Maaf Bakya....Hari ini kita tak jadi ketemu, aku ada urusan dengan teman temanku." Putri membalas dengan santainya.
Telfon mereka putus. Bakya merenung. Lututnya menyentuh krikil jalan. Jiwanya seketika kosong.
Bakya kecewa, tapi mau bagaimana lagi, kehendak putri tidak bisa dipaksakan. Usahanya meminjam pakaian dari temannya sia sia. Parfum yang ia peroleh dari beretorika tak berguna, langkah kakinya ke kampus disertai keringat yang menetes di pipinya tak membuahkan hasil. Bakya sedih.
Tapi Bakya tak bosan bosannya Positif Think untuk putri. Lagi lagi ini berkat kajian Distorsi.
Â
Disaat Bakya berselimut sedih, tiba tiba terdengan suara dari luar pintu kosnya.
"Tok...tok...tok" ketukan pintu.
Bakya segera memasang wajah tegar. Seolah saat itu ia sedang baik baik saja.
"Assalamualaikum....Bakya...oh....Bakya" suara seseorang memanggil dengan nada penggilan Upin Ipin kepada Atok nya.
Â
"iii..iii...iya...tunggu" Bakya menjawab sambil latah. Bakya membuka pintu. Iya kaget, ternyata sosok yang ada dibalik pintu tersebut tidak lain adalah sahabat lamanya, Alfar.