"Putri...???sudah dari setahun lalu saya menganalisa bahasa tubuhmu yang good, indah, dan paripurna". Bakya kepada Putri Beretorika.
"Hmm...apa maumu? To the point aja" Ucap putri. Rupanya putri tidak suka dengan kata kata indah. Pendekatan Bakya tak berjalan sempurnah.
"Sebenarnya saya suka sama Kepribadianmu" Jawab Bakya.
Bakya menyukai putri karena Putri sulit untuk diluluhkan hatinya. Â Dengan mendekati putri, Adrenalin Bakya teruji.
"Sorry...!! kamu suka sama saya, tetapi saya TIDAK!!". Putri menolak Bakya. Bakya terdiam tanpa suara.
Setelah penolakan itu terjadi, Bakya tidak menyerah. Dia terus berusaha dan berupaya untuk meluluhkan hati putri yang kerasnya menyerupai batu. Keahlian retorika Bakya tak mempan terhadap putri.
Sejenak Bakya merenung atas penolakan putri.  Ia akhirnya menyadari bahwa pengamatan selama setahun yang dilakukannya  tidaklah cukup. Â
Ia mencari cara agar keputusan putri yang menolak  dirinya bisa berubah.Â
Â
Bakya akhirnya memutuskan untuk membeli buku tentang kepribadian wanita. Ia belajar dengan tekun dan sesekali ia berkonsultasi ke pakar yang tidak lain adalah dosennya sendiri.
3 bulan lamanya bakya belajar dengan tekun. Hal tersebut ia lakukan agar Putri bisa luluh di hadapannya.