“Sama-sama, anakku. Itu adalah kewajiban semua orangtua untuk memenuhi semua kebutuhan anaknya.” Balas Ayah.
“Kalau begitu aku mau menolong Bunda di dapur dulu ya Yah.” Pamitku.
Esoknya aku bertanya kepada Sisri apakah dia lulus di SMK. Lalu dia menjawab, “alhamdulillah aku lulus di SMK, Ra.”
“Alhamdulillah kalau begitu Sis. Itu mungkin takdirmu, mudah-mudahan itu yang terbaik untukmu.” Balasku.
“Amin .... Sertakan aku selalu dalam do’amu ya Ra, supaya Allah memberikanku jalan yang benar.” Jawab Sisri dengan penuh harap dari perkataannya.
“Iya, insya Allah aku gak akan lupa untuk selalu mendo’akanmu, Sis. kamu kan sahabatku.” Balasku.
Hari pertama masuk kelas. Terasa suasana berbeda dengan sebelumnya. Mungkin aku belum terbiasa dengan lingkungan yang baru ini, dengan teman yang baru juga. Aku merasa kalau aku gak betah di sekolah itu,. Aku ingin sekali pindah ke sekolah yang lain, tapi aku bingung gimana mau bicara sama Bunda dan Ayah. Karena aku masuk disini karna keinginanku sendiri, bukan keinginan orangtuaku.
Sebelum aku masuk di sini juga, Ayah dan Bunda sudah tanya kepadaku apa kamu yakin akan masuk ke sekolah itu, kami gak mau dengar kalau kamu gak betah disana nanti. Aku bingung harus cerita sama siapa, setiap shalat aku minta sama Allah agar memudahkan selalu urusanku ini, menunjukkanku jalan yang terbaik, membantuku agar tetap istiqomah dengan jalan yang telah aku ambil ini.
Setelah itu aku berpikir untuk menanyakan kepada kedua sahabatku tentang perasaanku yang tidak betah disini.
Kenapa kamu tidak betah disana, Ra? Sekolah ini bagus untuk kamu Ra, jurusan yang kamu ambil juga cocok denganmu. Ada apa Ra? Apa yang salah? Apa kamu ada masalah?” Tanya Hersha dengan banyak pertanyaan kepadaku.
“Aku juga tidak tau kenapa aku gak betah disini dan ingin pindah, Sha.” Jawabku singkat.