Sampai tiba-tiba, Wong Lan sakit parah dan disinilah benar-benar perjuangan setia oleh Sie-Sie. Dia selalu berusaha mencari suaminya yang hilang sampai akhirnya dia ditemukan di rumah sakit dalam keadaan sekarat.
"Tangan Wong Lan gemetar menyentuh rambut beruban Sie, lihatlah, wajah teduh ini,
wajah penuh kasih-sayang istrinya. Ini tetap wajah yang sama meski dulu dia lempar,
dia injak, wajah yang sama meski dulu dia kutuk wanita pembawa sial. Wong Lan
menangis dalam diam, terisak dalam senyap. Alangkah bodoh dirinya selama ini. Bodoh
sekali. Disangka teman-temannya akan selalu ada, itu dusta. Disangka semua
kesenangan itu abadi, itu tipu. Semua tidak hakiki. Adalah cinta Sie yang sejati, cinta
wanita yang dia sia-siakan, wanita yang dia aniaya bertahun-tahun. Malam-malam
rehabilitasi itu menjadi saksi saat cinta Wong Lan tumbuh mekar, cinta seorang pemuda
Taiwan yang terlambat lima belas tahun. Benar-benar terlambat. Tapi tak mengapa, itu
tetap berakhir bahagia, tidak mengurangi nilainya." -- Halaman 33