“Ah ya benar… The Strategist.”
“Kau tahu kenapa kita butuh strategi?”
Aku menggeleng.
“Kau tahu, Nak. Toko kelontongan di pojok pasar saja, memiliki strategi untuk bisa mengembangkan usaha-usahanya. Apalagi dengan sebuah negara? Bukan hanya butuh tapi wajib memiliki strategi.”
“Tapi agaknya masyarakat di negara Daun masih kurang bisa menilai pemimpin yang mereka butuhkan. Kelompok-kelompok di negara ini hanya saling mengajukan calon pimpinan hanya dari ketenaran saja, tanpa melihat latar belakang dan kemampuan yang dimilikinya.”
“Seolah-olah kekuasaanlah segalanya. Urusan negara maju atau tidak itu nomor dua.”
“Lantas kenapa Tuan Bayan mengatakan ini semua pada saya?”
Ia menatapku tajam dan kemudian tersenyum.
“Karena aku melihat bahwa kau… Heym. adalah orang yang tepat…”
“Untuk menjadi the strategist di negara daun ini”
Seketika tubuhku membeku dan tubuhku bergetar hebat saat mendengar perkataan dari Tuan Bayan. Semenjak saat itu, kehidupanku berubah. Ya,... berubah menjadi kehidupan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.