Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remy Sylado: Messter Op Alle Wapens

5 Agustus 2022   14:30 Diperbarui: 5 Agustus 2022   14:52 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Remy Sylado (Sumber: Perpustakaan Alcheron) 

 Firman yang turun dari langit dan menjadi  manusia, ya Yesus itu.  Lha, kok tiba-tiba kita menganggap Kitab Suci turun dari surga?

Anda kerap  berkomentar keras terhadap aliran tertentu di dalam gereja. Mengapa? 

Saya tidak suka  kongregasi yang eksklusif, yang tidak membumi. Kalangan macam-macam yang tidak membumi, saya tidak suka. Tetapi realitasnya mereka ada, dan menurut saya harus kita rangkul untuk kembali ke asas inkulturasi. Kembali kepada pewartaan Mateus 28:19, "Jadikanlah semua bangsa muridKu". Dalam bahasa Yunani bangsa disebut ethne, artinya bangsa di luar kebudayaan Yunani yang mempunyai kebudayaan sendiri.

Kebudayaan pertama dari sebuah bangsa tentu bahasanya dong. Mengapa orang yang menginjil di Indonesia sudah belasan tahun kok tidak bisa bahasa negeri ini?

Mengapa ada kelompok  seperti itu?

Karena mereka mengambil ayat-ayat secara harafiah untuk pembenaran teologi dia. Sebelum restorasi, orang Inggris dilarang menonton teater karena mereka membaca di Kisah Rasul, orang melarang Paulus  memasuki gedung kesenian. 

Tetapi ayat itu saja yang diambil. Tidak dibaca seluruhnya bahwa  ada  ahli perak mabuk, bikin ribut di gedung kesenian,  jadi  teman-temannya menahan supaya Paulus jangan masuk ke situ. 

Nah, ayat ini di Inggris pada waktu itu dipakai sebagai pegangan untuk melarang orang nonton teater. Makanya teater ditutup pada zaman puritan itu. Baru kembali dibuka pada zaman restorasi.

Celakanya sekarang Kitab Suci dijadikan jimat. Seperti kakek saya dulu, menjadi tentara Belanda, tinggalkan Minahasa pergi ke Magelang. Roma 13: 1 dijadikan jimat.  Bahwa setiap pemerintahan berasal dari Tuhan. Ini untuk membenarkan penjajahan Belanda.

Mengapa senang warna putih?

Dari kecil saya sudah senang warna putih. Mula-mula sepatu saya yang warna putih. Tahun 1960-an itu kan lagi mode sepatu putih, ikat pinggang putih. Ndilalah saya juga diberi pulpen warna putih oleh rektor Seminari Jaffray di Semarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun