Aku segera menghampiri Sella dan duduk di sebelahnya karena kami memang sebangku. Tapi kulihat ada yang aneh pada diri Sella tidak biasanya Sella diam saja dan tidak mempedulikanku.
"Sella loe kenapa?"tanyaku sambil menatap wajahnya yang kulihat sangat sedih dan mata yang sedikit membengkak seperti habis menangis. Sella tetap diam memandangku dengan sorot kebencian. "Sella kamu kenapa apakah ada yang menyakiti kamu?"tanyaku lagi.
Sella menatapku tajam dan marah. "Ya memang ada seseorang yang membuat aku sakit hati dan sangat membuat aku kecewa," jawab Sella sinis sambil menatapku dengan penuh kebencian.
"Siapa Sell?"tanyaku bingung.
"Gak usah pura-pura bodoh deh Re kamu tahukan aku paling ga suka sama orang yang munafik,"jawabnya sinis.
"Apa maksudmu Ra, gue  ga ngerti," ujarku bingung. "Ha...ha...kamu masih gak ngerti kamu tuh orang paling munafik yang aku kenal Re dan sayangnya kamu tuh sahabatku. Tapi sekarang lo bukan sahabatku  lagi Re. Aku ga mau punya sahabat yang menusuk sahabatnya sendiri dari belakang." teriak Sella dengan marah.
"Masih belum ngerti juga?"ejek Sella dengan sinis. "Siapa yang bilangnya gak suka sama William siapa yang bilang William tuh cowok angkuh dan gak peka siapa yang bilang kamu tuh cantik Sell bisa dapetin cowok yang lebih segalanya dari William, siapa Re siapa?"teriak Sella keras dan marah.
"Kamu Re! Kamu Rere!" "Sekarang aku tahu kenapa kamu bilang begitu karena kamu juga suka sama William kan? Karena kamu ingin William hanya untuk kamu kan!" ucap Sella sambil menudingkan telunjuknya ke mukaku.
"Jawab Re jawab!" Dan kuharap kamu tidak akan mengelak karena gue punya buktinya, teriak Sella lagi. "A..a..ku  aku gak ngerti. Kamu salah paham Sell. "Aku dan William tidak ada hubungan seperti yang kamu maksud. Kami hanya bersahabat, William ternyata sahabat kecilku yang hilang Sell sungguh,"jelasku sambil menenangkan Sella.
"Ha...ha...kulihat Sella tertawa sedih." "Sudahlah Re ga usah mengelak lagi aku bahkan melihat sendiri bagaimana akrab dan dekatnya kalian. Selamat ya kalian sudah berhasil membohongiku selama ini," ucap Sella getir sambil meninggalkanku.
Sejak kejadian itu hubunganku dan Sella benar-benar putus. Sella selalu menghindariku dan menolak setiap kali kuajak bicara. Sedih sudah pasti kurasakan apalagi jika aku melihat Sella suka melamun dengan wajah yang sedih. Aku takut itu akan mengganggu pelajarannya walaupun kutahu Sella anak yang pintar, tapi perasaan kuatir tetap ada karena aku selalu menganggap Sella sahabatku dan sekarang kami sedang salah paham saja.