Mohon tunggu...
Aletheia
Aletheia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMP Alam Planet Nufo, Rembang, Jawa Tengah

Pelajar ingusan yang tengah bersengketa dengan kegabutan duniawi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumaninah Paling Serius

13 Juli 2022   18:00 Diperbarui: 13 Juli 2022   18:04 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Assalamu’alaikum, Mbah,” Sodiq masuk, seraya memberi salam. Tiada jawaban, ibunda Sodiq berinisiatif masuk ke kamar ibunya itu. Sementara aku masih tercenung dalam lamunan, menatap panorama pedalaman Pati. Sebelum Sodiq menyadarkanku kembali.

“Ayo masuk, Rak! Kita shalat dluhur dulu!” aku mendongak kepadanya, kemudian masuk ke dalam Joglo tak berbalas.

Kutetap bertahan dengan mengekor pada badan Sodiq yang raksasa, ia membawaku ke sayap kanan rumah. Terdapat sepetak kamar kosong berkasur per di sana, meski sedikit apek dan berdebu, setidaknya fasilitas ini sudah sangat layak untuk kami manfaatkan.

“Aku wudlu duluan ya, Rak?” ujar Sodiq, kuindahkan dengan anggukan kecil.

Sembari menanti Sodiq usai dengan wudlunya, kuputuskan untuk melepas rehat sejenak di atas empuknya kasur berper. Ah, selesa sekali, bak tiada beban yang perlu dipikul sedemikian rumitnya. 

Jauh berbeda dengan lantai bambu Rumah Gedhek yang kompak dan keras. Ingin rasanya raga ini dilambung jauh oleh kenikmatan ini. Sodiq pun beres dengan wudlunya, bergilir denganku. Kami hendak mendirikan shalat.

***

Allahu Akbar, Allahu Akbar

Adzan magrib berkidung mengiringi kebahagiaan, medan berbuka puasa dengan segala rahmat dan juga nikmat yang ajek berderai. Semerbak ayam ungkep kuning merona menggugah selera, juga dengan bandeng kecap, kerang remis bumbu kuning, serta Indomie goreng varian original, salah satu lauk pauk haram di Planet Nufo. Ya, kami sengaja melanggar norma kelaziman tersebut. Tak begitu berbahaya kurasa, sesekali pun tak mengapa.

Hidangan kami tandaskan cergas. Laksana pernah terpenjara dalam belantara hijau pepohonan yang memenuhi horizon, istirahat terus terabaikan, gizi dan nutrisi seraya terlecehkan. Akhirnya, kami bisa kembali mengecap sedapnya konsumsi bintang lima. Dengan hegemoni kenikmatan semacam ini, akan kecil sekali kemungkinan untuk kian mengurus, meski dengan dalih Bulan Ramadhan yang kerap menjadi penukik kemungkinan.

Selesai dengan iruk pikuk pesta di meja makan, aku dan Sodiq kembali menuju kamar di sayap kanan rumah. Mengambil dua sarung di lemari, lalu memilih sarung yang selaras warnanya, seperti pakaian yang ia tengah pakai. Mencoba bersikap bodo amat, kulangsung mengenakan sarung yang tersisa, sarung berbahan lembut dengan aksen hijau cerah dan coklat, tiada kecocokan sama sekali dengan kemeja hitam yang kupakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun