Mohon tunggu...
Aleksandr I
Aleksandr I Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Para penyambung lidah bernubuat palsu dan para wakil mengajar dengan sewenang - wenang, serta yang diajar menyukai yang demikian! Tapi apa yang akan mereka perbuat, apabila datang endingnya?"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

'Dekadensi Sistem'

28 April 2017   19:44 Diperbarui: 28 April 2017   19:46 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"I-iya, prof."
Wew, keliatannya dia masih cukup ketakutan.

"Nah, sekarang pertanyaannya, kok bisa sih terjadi penyelewengan?"

"Emm... Karena... keserakahan? Keinginan dominasi?"

"Itu dia!" Ia bersorak dengan gembira, berdiri, dan menulis dengan huruf besar di papan tulis yang disediakan, SUPERIORITAS.
"Saya tidak tahu kamu baca kitab apa - itu dengan asumsi kamu baca beneran ngerti ato baca doang, atau malah ga baca - tapi dari yang saya baca, kita manusia ditugaskan untuk menaklukkan bumi ini dan segala isinya, dan mengusahakannya, alias mengurus bumi ini.
Dengan mindset ini, memang sudah kodrat kita sebagai manusia untuk menguasai bumi ini dari nenek moyang kita, dan tugas kita jugalah untuk mewariskannya pada anak - anak kita."
Si mahasiswa manggut - manggut.
"Di sinilah muncul masalahnya. Di bumi ini kan, ada ikan, sapi, binatang lainnya, tumbuhan juga yang menjadi hak kelola atau kuasa kita. Nah. Muncullah pemikiran, 'berarti sesama kita juga bisa kita kuasai dong, baik langsung maupun tak langsung.
 Di sinilah juga mulai muncul sistem - sistem yang banyak dikemas pake kertas kado asik padahal isinya racun. Dan secara tidak langsung ini sudah terjadi selama ribuan tahun."

"Masa sih!? Saya tidak merasa dikuasai!" Positif. Anak ini seorang anarkis. Semakin menarik. ...Individualis kah?....atau Kolektivisme.. Atau malah Sosialisme.. Pah, peduli amat.

"Yakin?.."
Sebuah seringai membingkai wajahnya saat ia menuruni tangga podium dan duduk di tangga ke 17 dari 30. Podiumnya memang sangat tinggi, setidaknya ia sejajar dengan 'eye level' mereka.
"Sekarang saya tanya. Tau gak sih, anda, pemerintah anda ngapain pake uang pajak yang mereka rampas dari anda, yang kalo sampe anda ga bayar kena denda yang gedenya sialan gak ketulungan?"

"Engga, Prof."

"Saya tanya lagi nih. Rakyat Amerika nih, setelah zamannya Kennedy, tau gak sih mereka pemerintah mereka ngapain pake uang pajak mereka?"

"Perang. Perang. Sekutu. Dominion. Kematian. Emas. Minyak." Celetuk saya, menjawab sang mahasiswa.

"Tepat sekali. Terimakasih, Adolf."
Ia meneguk sedikit air yang disediakan panitia sebelum meneruskan.
"Bahkan dengan adanya protes skala massive di seluruh USA setelah tahu kondisi Vietnam dan tentara mereka di sana... Tetep aja tuh gak kapok para Kaukas mancung sialan itu ngirimin pasukan ke mana - mana, maaf ya buat yang mancung hidungnya secara genetik." Hal itu mengundang tawa seisi seminar sebelum kembali kondusif

"Ah, yang bener?.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun