Sebentar, tahan dulu. Jangan terburu-buru menekan tombol kembali atau mengklik artikel lain. Akan saya jelaskan.
Beriklan itu tidak sekadar bimsalabim jadi iklan *prok prok prok*. Ada seni di baliknya.
Kalau misal beriklan memang semudah itu, coba Anda pikirkan baik-baik. Berapa bisnis yang memasang iklan setiap harinya? Berapa banyak uang yang dihabiskan sebuah bisnis untuk beriklan? Bagaimana Anda tahu iklan yang Anda pasang benar-benar membuat orang ingin membeli?
Untuk menjawab 3 hal itu, Anda perlu memahami dulu resep beriklan yang benar.
Pertama, pahamilah, Anda tidak perlu beriklan di semua media yang ada. Dan, iklan Anda tidak perlu diketahui oleh semua orang.
"Loh, bukannya semakin banyak orang tau, maka semakin baik?"
Belum tentu. Bayangkan Anda berjualan komponen untuk generator pembangkit listrik dan Anda beriklan di TikTok. Apakah 1o juta pengguna aktif TikTok di Indonesia akan membeli produk Anda?
Saya rasa sangat kecil peluangnya untuk hal itu terjadi. Lagian, TikTok lebih cocok untuk mengiklankan produk-produk yang dikonsumsi guna kebutuhan manusia sehari-hari. Misal: makanan.
Contoh lainnya, coba kita lihat lanskap iklan sekarang. Kita bandingkan iklan televisi dan iklan YouTube.
Kita bisa berargumen kalau rata-rata pengguna YouTube pasti punya atau beberapa kali menonton televisi.
Kita bisa berargumen juga kalau banyak segmen penonton televisi, terutama yang di daerah 3T, hampir jarang mengakses YouTube karena susahnya sinyal internet.