Mohon tunggu...
Aldo Theodorus
Aldo Theodorus Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis untuk menambah ilmu

Selanjutnya

Tutup

Money

3 Jurus Jitu Menaikkan Jangkauan Bisnis Anda

24 September 2021   17:21 Diperbarui: 24 September 2021   17:25 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditanya seberapa penting kah jangkauan bisnis, saya yakin Anda pasti menjawab saaaaaangat penting.

Namun, kalau ditanya bagaimana cara meningkatkan jangkauan bisnis agar lebih mudah ditemukan calon pelanggan, apakah Anda punya jawaban yang tepat?

Kalau ada, syukurlah.

Kalau tidak, selamat. Anda membaca artikel yang tepat.

Di artikel ini, saya akan sedikit mengulas 3 jurus jitu, yang sebenarnya dasar tapi penting, untuk meningkatkan jangkauan bisnis Anda. Bisa instan. Instan.

Penasaran kok bisa? Jawabannya ada di sepanjang artikel ini.

1. Coba pasang iklan secara rutin.

Mungkin, ketika Anda membaca jurus nomor 1 ini, Anda akan langsung berpikir:

"Iya lah ngiklan, wajar."

"Ah, pasti mahal nih ngiklan."

"Kalau ini saya juga tahu."

Sebentar, tahan dulu. Jangan terburu-buru menekan tombol kembali atau mengklik artikel lain. Akan saya jelaskan.

Beriklan itu tidak sekadar bimsalabim jadi iklan *prok prok prok*. Ada seni di baliknya.

Kalau misal beriklan memang semudah itu, coba Anda pikirkan baik-baik. Berapa bisnis yang memasang iklan setiap harinya? Berapa banyak uang yang dihabiskan sebuah bisnis untuk beriklan? Bagaimana Anda tahu iklan yang Anda pasang benar-benar membuat orang ingin membeli?

Untuk menjawab 3 hal itu, Anda perlu memahami dulu resep beriklan yang benar.

Pertama, pahamilah, Anda tidak perlu beriklan di semua media yang ada. Dan, iklan Anda tidak perlu diketahui oleh semua orang.

"Loh, bukannya semakin banyak orang tau, maka semakin baik?"

Belum tentu. Bayangkan Anda berjualan komponen untuk generator pembangkit listrik dan Anda beriklan di TikTok. Apakah 1o juta pengguna aktif TikTok di Indonesia akan membeli produk Anda?

Saya rasa sangat kecil peluangnya untuk hal itu terjadi. Lagian, TikTok lebih cocok untuk mengiklankan produk-produk yang dikonsumsi guna kebutuhan manusia sehari-hari. Misal: makanan.

Contoh lainnya, coba kita lihat lanskap iklan sekarang. Kita bandingkan iklan televisi dan iklan YouTube.

Kita bisa berargumen kalau rata-rata pengguna YouTube pasti punya atau beberapa kali menonton televisi.

Kita bisa berargumen juga kalau banyak segmen penonton televisi, terutama yang di daerah 3T, hampir jarang mengakses YouTube karena susahnya sinyal internet.

Berdasarkan logika itu, kita bisa menyimpulkan kalau penonton televisi lebih banyak ketimbang penonton YouTube.

Tapi, kenapa lebih banyak perusahaan besar lebih menggencarkan beriklan di YouTube ketimbang televisi?

Selain karena biaya yang lebih murah, beriklan di YouTube juga lebih sesuai dengan segmentasi pelanggan yang ingin ditargetkan.

Buat apa ngiklan kalau pada akhirnya tidak ada yang beli, kan?

Dari dua contoh di atas, saya simpulkan Anda tidak perlu beriklan di semua media yang ada.

"Lah, terus saya harus pilih media yang mana?"

Pilih media yang banyak diakses calon pelanggan Anda.

"Bagaimana saya bisa tahu media apa yang sering diakses calon pelanggan saya?"

Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan langsung bertanya ke pelanggan terkini Anda.

Sebar kuesioner, sebar survei, buat angket, apapun itu. Kumpulkan datanya. Kalau sudah tahu jawabannya, mulailah beriklan.

Dan lagi, sebenarnya iklan tidak semahal yang Anda kira. Untuk menjangkau ribuan orang di media sosial, kadang Anda hanya cukup merogoh kocek sebesar 100 ribu saja.

2. Jangan menunggu bola, datangi langsung bolanya.

Meskipun katanya diam adalah emas, dalam berbisnis Anda jangan hanya diam menunggu pelanggan datang.

Anda bisa kok sedikit demi sedikit mengundang mereka datang membeli. Anda harus jadi pro-aktif.

"Apakah ini artinya saya harus turun ke jalan dan meneriakkan kalimat-kalimat promosi atau membagi-bagikan selebaran?"

Waduh, cukup kuno juga jalan pikiran Anda kalau seperti itu.

Teriak-teriak sambil bagi-bagi brosur memang masih terbilang cukup menghasilkan di masa kini. Sedikit sih.

Sekarang cara jemput bola seperti itu dinilai kurang efektif.

Pertama karena buang-buang biaya untuk cetak brosur dan bayar SPG atau karyawan sales.

Kedua karena buang-buang kertas dll. Seringkali brosur-brosur itu juga dibuang lagi setelah diterima.

Cara yang lebih efisien adalah dengan masuk dan aktif di forum-forum tempat pelanggan Anda sering ada.

Yang digital saja karena lebih simpel dan murah.

Sebagai contoh: Anda punya bisnis kopi dan banyak pelanggan Anda sering ada di akun Instagram tentang dunia perkopian.

Suatu hari, akun Instagram itu sedang mengupload video pembuatan kopi dan mendapatkan cukup banyak likes serta komentar.

Ikutlah berkomentar. Tapi jangan serta merta HANYA mempromosikan produk kopi Anda.

Jangan lakukan strategi komentar promosi ala ala produk peninggi badan dan penumbuh rambut di Instagram. Sekali pun jangan.

Mungkin strategi itu akan mendatangkan pelanggan. Tapi tidak kepercayaannya.

Alhasil, bisa jadi pelanggan tersebut hanya akan sekali beli dan tidak datang kembali. Itu pun kalau beli.

Saya sarankan Anda untuk ikut membagikan komentar yang relevan dengan postingan tersebut.

Bisa sebuah pujian. Bisa juga candaan. Asalkan bukan makian.

Anggaplah diri Anda berkomentar sebagai manusia, bukan sebagai bisnis semata.

3. Gunakan teknologi komunikasi yang juga dipakai banyak pelanggan Anda. Dan beritahu mereka kalau Anda memakai aplikasi itu.

Kita semua tahu bahwa teknologi komunikasi sangat membantu bisnis untuk bisa berkomunikasi dengan pelanggannya, kapan pun di mana pun.

Kalau bicara soal produk teknologi komunikasi yang paling banyak dipakai di Indonesia, kita juga bisa sepaham akan satu jawaban yang sama.

WhatsApp.

Di artikel sebelumnya, saya sudah jelaskan tentang pengguna WhatsApp dan juga potensinya yang baik untuk meningkatkan performa bisnis.

Pun sudah saya jabarkan panjang kali lebar penjelasannya. Tentang WhatsApp Business. Juga WhatsApp Business API.

Kalau ingin tahu, Anda bisa langsung membaca artikel tersebut.

Nah, sekarang ke topik berikutnya, yaitu Anda wajib memberitahukan pelanggan Anda jika Anda menggunakan WhatsApp.

"Lah, ngapain juga?"

Jelas agar mereka tahu di mana dan bagaimana cara untuk menjangkau Anda.

Logikanya mirip dengan praktik tukar kartu nama bisnis yang populer di kalangan korporat 1 atau 2 dekade silam.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana caranya untuk memberitahukan pelanggan Anda kalau Anda menggunakan WhatsApp?

Mudah saja.

Letakkan tombol hubungi WhatsApp di website Anda.

Cantumkan nomor WhatsApp Anda di iklan, gerai, dan akun media sosial Anda.

Buat QR Code akun WhatsApp Anda yang bisa discan oleh calon pelanggan Anda. Cantumkan di iklan, gerai, dan bahkan di packaging produk Anda.

Kalau saya tidak salah, WhatsApp QR Code bisa dibuat kalau Anda menggunakan WhatsApp Business API.

Dan untuk menggunakan WhatsApp Business API, Anda harus menggunakan layanan dari providernya, tidak bisa langsung dari WhatsApp.

Salah satu provider WhatsApp Business API yang saya tahu adalah Wappin.

Akhir kata ...

Menaikkan jangkauan bisnis Anda sangatlah penting dalam ekspansi bisnis.

Dengan bisnis yang mampu menjangkau dan dijangkau banyak pelanggan, saya berani jamin performanya juga pasti bisa naik.

Kecuali Anda bisa menjangkau dan dijangkau banyak pelanggan, tapi tidak bisa memberikan layanan yang dibutuhkan pelanggan.

Jadinya ya sama saja.

Maka dari itu, penting untuk diingat bahwa ketika Anda siap untuk dijangkau lebih banyak orang, Anda juga harus siap untuk bisa melayani lebih banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun