Senapan AK memiliki beberapa varian, seperti AKM (Avtomat Kalashnikova Modernization), AKS-47, dan RPK. Sementara tiruannya adalah MPiK (buatan Jerman Timur), AK-63 (Hungaria), Zastava M70 (Serbia), Tabuk (Irak), Type-56 (China) AIM (Rumania), dan LHV47 (AS).
AK digadang-gadang sebagai penentu kemenangan perang. Setelah meraih kemerdekaan dari Portugal, Front Pembebasan Mozambik (FRELIMO) pada 1 Mei 1983 mengadopsi gambar senapan serbu AK-47 dalam bendera negaranya. Senapan itu dianggap memiliki peran penting untuk merebut kemerdekaan. Sama seperti Mozambik, kelompok Hizbullah mengadopsi AK di benderanya sebagai simbol perlawanan.
AK-47 pertama kali digunakan dalam konflik pada November 1956. Saat itu tentara Uni Soviet menggunakannya untuk bertempur melawan milisi pimpinan Imre Nagy, oposisi Hongaria yang ingin memisahkan diri dari Pakta Warsawa.Â
Di Afghanistan, kelompok Mujahidin menggunakan AK-47 untuk melawan..... Soviet! Yang kemudian terusir. Helikopter tempur, artileri berat, dan kendaraan lapis baja Uni Soviet tidak berdaya sama sekali melawan kegigihan pasukan Mujahidin yang menunggang kuda dan bersenjatakan senapan AK-47.
Kegemilangan senapan tangguh itu juga sempat dirasakan tentara RPKAD Indonesia dalam Kampanye Dwikora pada 1962-1964. AK tiba di Indonesia pada 1962. Sebelumnya, KASAD Jenderal AH. Nasution mengunjungi Moskow pada 1961. Soviet kala itu setuju mengucurkan kredit ekspor senilai US$400 juta untuk Indonesia membeli Alutsista, termasuk AK-47 tipe 3 dan AKM.
Dalam Kampanye Dwikora, tentara RPKAD, KKO Marinir, dan PGT yang dibekali AK melakukan Operasi Klandestin untuk melawan pasukan khusus Inggris, Special Air Service (SAS). Meski pasukan Indonesia kala itu tidak unggul melawan SAS yang lebih berpengalaman, setidaknya mereka dapat memberikan kejutan pada pasukan elit tersebut di Kalimantan utara.
Para pemberontak dan kartel obat bius di Amerika Selatan juga mengandalkan AK dalam konflik. Mereka kerap mengubur senapan-senapan itu di wilayah tertentu, dan kemudian menggunakannya ketika dibutuhkan. Dan AK tidak pernah mengecewakan.
Ketangguhan AK yang sebenarnya teruji di Perang Vietnam yang bergejolah sejak 1955-1975. Perang ini merupakan adu ketangguhan antara AK-47 yang digunakan tentara Vietnam melawan senapan M-16 tentara AS. Dalam wawancaranya pada 2007, Mikhail Kalashnikov menyebut tentara AS lebih suka menggunakan AK daripada M-16 yang sering macet. Dan hal itu diakui oleh banyak tentara AS sendiri, salah satunya seperti kisah yang disebutkan sebelumnya oleh Kolonel Hackwhorth.
Tetap miskin
Berbeda dengan Eugene Stoner, pencipta M-16, yang kaya raya dari royalti senjatanya, Mikhail Kalashnikov justru sebaliknya. Ia miskin sekali. Hal ini digambarkan oleh Larry Kahaner dalam wawancaranya dengan surat kabar San Diego Reader.
Meski menyandang status selebritas di negaranya, paham komunis membuat Mikhail Kalashnikov tidak mendapat sepeser uang pun dari pemerintah Rusia. Sementara Stoner, yang namanya tidak begitu dikenal, menerima royalti US$1 dari setiap pucuk M-16 yang terjual. Menurut Kahaner, ada 16 juta M-16 versi militer yang digunakan, belum lagi senapan AR-15 versi sipil yang beredar di AS.
Kalashnikov dan Stoner pernah bertemu di Museum Smithsonian, AS, atas undangan kurator Edward Clinton Ezell pada 1990. Kalashnikov pada saat itu terkagum-kagum melihat Stoner yang tiba dengan menggunakan pesawat pribadi, sedangkan ia hadir pun dengan menggunakan setelan jas pinjaman yang disediakan tuan rumah.