Mohon tunggu...
Aldion Wirasenjaya
Aldion Wirasenjaya Mohon Tunggu... Editor - Journalism is fun

Jurnalis/redaktur di Harian Waspada Medan dan waspada.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

100 Tahun Kalashnikov: Pembunuh atau Pembebas?

11 November 2019   13:19 Diperbarui: 11 November 2019   14:44 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mikhail Kalashnikov (The Independent)

Apa persamaan mencolok antara Mozambik dan kelompok Hizbullah di Lebanon? Jawabannya adalah terpampangnya senapan serbu AK-47 di bendera mereka.

Tanggal 10 November 2019  merupakan peringatan 100 tahun lahirnya Letnan Jenderal Mikhail Timofeyevich Kalashnikov. Nama itu mendunia karena senjata terpopuler di muka Bumi ini merupakan hasil karya kejeniusan dari tangan dinginnya.

Untuk merayakan peringatan ini, Rusia menggelar festival perlombaan merakit AK-47 yang diikuti oleh anak-anak sekolah dasar, kompetisi paintball, serta berbagai acara lain, seperti pameran dan seminar mengenai Kalashnikov. Acara di Museum Kemenangan Moskow ini digelar agar anak-anak Rusia mengetahui kehidupan nyata dari Kalashnikov, termasuk karya-karyanya.

Instruktur perakitan AK-47, Roman Kuzmin, mengatakan, setiap orang Rusia, termasuk generasi muda, harus mengenal senapan tersebut. Bahkan, pelajaran membongkar-pasang senjata AK-47 masuk kurikulum sekolah di negara itu.

Kalashnikov, yang meninggal pada 2013 di usia 94 tahun, dipandang sebagai pahlawan nasional dan simbol kejayaan militer Rusia. Senapan serbu ciptaannya telah menjadi senjata pilihan bagi gerilyawan dan pasukan militer di seluruh dunia. Senjata ini juga menjadi inti pendidikan militer di Rusia.

Atas dasar itulah, pada 2017 lalu patungnya resmi berdiri kokoh di pusat Kota Moskow. Menteri Kebudayaan Vladimir Medinsky dalam upacara peresmian patung setinggi 9 meter itu menyebut Kalahsnikov sebagai "simbol budaya Rusia". 

AK-47 disebut sebagai salah satu senjata paling mematikan. Populasinya yang diperkirakan mencapai 100 juta unit di seluruh dunia ini telah menumpahkan darah dan digunakan dalam perang saudara, kudeta, pemberontakan, serta pembebasan.  Apa yang membuat Kalashnikov dan AK-47 nya begitu disanjung? Simak terus tulisan ini.

Ide di rumah sakit
Mikhail Timofeyevich Kalashnikov lahir pada 10 November 1919 di Desa Altai Krai, Distrik Kurya, Rusia. Keluarganya diasingkan setelah ayahnya terkena pembersihan politik yang dilakukan Lenin. Senjata pertama yang ia miliki adalah pistol Browning yang diselundupkan dari markas tentara.

Pada 1938, di usia 19 tahun, Kalashnikov memenuhi panggilan wajib militer dengan menjadi teknisi tank. Pada 1941, ketika Perang Dunia II tengah berkecamuk, pemuda ini harus dirawat di rumah sakit, karena tank yang dikemudikannya terkena hantaman artileri Jerman dan pundaknya terluka. Saat dirawat itulah Kalashnikov banyak membaca literatur militer. Atas pengalamannya di medan perang dan fakta bahwa negaranya kekurangan senjata, ia kemudian berpikir untuk membuat senapan yang mudah dirawat dan diproduksi, serta tahan banting.

Setelah melalui berbagai trial and error, pada tahun 1947 lahirlah senapan legendaris Avtomat Kalashnikova 47 (AK-47). Namun, senapan serbu ini banyak mengalami perubahan dan modifikasi hingga pada 1949, versi 'sempurnanya' terlahir. AK-47 lantas disetujui sebagai senapan serbu militer Rusia.

Mitos
Visi dan misi Kalashnikov yang menginginkan senapan serbu 'bandel' terbukti di lapangan. Senapan ini tidak akan macet meski terendam air, lumpur, dan pasir. Ini bukanlah mitos. Adalah Kolonel David H Hackwhorth yang membuktikannya sendiri. Seperti dikisahkannya dalam bukunya yang berjudul Steal my Soldiers Heart, veteran Perang Vietnam dan Korea asal Amerika Serikat itu saat berdinas di Vietnam ditugasi untuk membangun kembali sebuah basis militer.

Saat buldoser membalikkan tanah, ternyata ada jasad Tentara Rakyat Vietnam (NVA) yang terkubur sambil memeluk AK-47 dalam penyerbuan setahun sebelumnya. Hackwhorth kemudian mengumpulkan anak buahnya. Ia mengambil senapan itu tanpa dibersihkan, mengokangnya, dan berkata, "Lihat ini. Akan saya tunjukkan bagaimana senapan infanteri sejati bekerja." Seluruh anak buah Hackwhorth terbelalak ketika melihat senapan itu menyalak, memuntahkan sekitar 20 peluru yang tersisa di magasennya.

Kisah ini dibenarkan oleh Larry Kahaner, penulis buku AK-47: The Weapon That Changed the Face of War. Kahaner merupakan jurnalis asal AS yang juga bekerja sebagai kolumnis bagi Business Week, The Washington Post, International Herald Tribune , dan Christian Science Monitor. Kehebatan AK kemudian tersebar.

Dalam sebuah uji coba yang dilakukan pemilik akun Iraqveteran8888 di kanal YouTube yang berjudul Ultimate AK Meltdown, senapannya mampu memuntahkan 895 peluru tanpa henti. Bahkan di saat senapan itu terbakar hebat, ia masih dapat terus menembak. 

Keep it simple 

Dengan demikian, apa yang membuat AK-47 mampu melakukan itu? Semua kembali kepada konsep awal Kalashnikov, yaitu mudah dioperasikan, andal di garis depan, serta mudah diproduksi. Senapan ini superior di medan perang justru karena mekanismenya yang tidak presisi. Hal yang bertolak belakang dengan senapan sejenis buatan negara lain. Dan hal itu terjadi secara kebetulan. 

Ketidakpresisian (kerenggangan) mekanisme AK awalnya timbul karena teknologi pembuatan senapan tersebut masih sangat sederhana, sehingga tidak dapat menandingi kepresisian senjata produksi Barat. Namun, ternyata hal itulah yang menjadi kekuatannya. Karena kerenggangannya, AK-47 memiliki toleransi yang tinggi terhadap debu atau pasir yang menyusup di sela-sela mekanisme yang bergerak.

Desainnya yang juga sederhana membuatnya mudah diproduksi. Sepertinya paham keep it simple stupid (KISS) melekat di senapan ini. Resep berikutnya adalah AK memiliki 3 lubang gas di bagian moncongnya. Sebenarnya lubang-lubang ini diciptakan untuk menurunkan tekanan gas yang mendorong piston. Namun ternyata, tekanan gas yang tinggi dan panas itu justru membuang keluar semua residu mesiu atau kotoran yang mungkin terbawa.

Namun demikian, akurasi AK terbilang tidak baik. Senapan ini hanya efektif digunakan dalam jarak 250-300 meter. Namun hal ini sesuai dengan doktrin infanteri mekanis Soviet. Pergerakan regu selalu didukung oleh kendaraan tempur.

Sejak awal kelahirannya, AK-47 memang bukan untuk dibidikkan, melainkan untuk menghamburkan peluru. Bahkan dalam latihan, sering ditekankan kemampuan menembakkan AK dari posisi pinggang. Dalam jarak dekat, jumlah peluru yang dihambur diharapkan mengenai sasaran.

Populer
Discovery Channel menyebut AK-47 sebagai "Senapan terbaik nomor 1". Business Week menyebutnya sebagai "Hiburan dari sebuah inovasi yang kelam". Sementara Library Journal menyebutnya sebagai "Senjata paling mematikan yang pernah dibuat".

Senapan AK memiliki beberapa varian, seperti AKM (Avtomat Kalashnikova Modernization), AKS-47, dan RPK. Sementara tiruannya adalah MPiK (buatan Jerman Timur), AK-63 (Hungaria), Zastava M70 (Serbia), Tabuk (Irak), Type-56 (China) AIM (Rumania), dan LHV47 (AS).

AK digadang-gadang sebagai penentu kemenangan perang. Setelah meraih kemerdekaan dari Portugal, Front Pembebasan Mozambik (FRELIMO) pada 1 Mei 1983 mengadopsi gambar senapan serbu AK-47 dalam bendera negaranya. Senapan itu dianggap memiliki peran penting untuk merebut kemerdekaan. Sama seperti Mozambik, kelompok Hizbullah mengadopsi AK di benderanya sebagai simbol perlawanan.

AK-47 pertama kali digunakan dalam konflik pada November 1956. Saat itu tentara Uni Soviet menggunakannya untuk bertempur melawan milisi pimpinan Imre Nagy, oposisi Hongaria yang ingin memisahkan diri dari Pakta Warsawa. 

Di Afghanistan, kelompok Mujahidin menggunakan AK-47 untuk melawan..... Soviet! Yang kemudian terusir. Helikopter tempur, artileri berat, dan kendaraan lapis baja Uni Soviet tidak berdaya sama sekali melawan kegigihan pasukan Mujahidin yang menunggang kuda dan bersenjatakan senapan AK-47.

Kegemilangan senapan tangguh itu juga sempat dirasakan tentara RPKAD Indonesia dalam Kampanye Dwikora pada 1962-1964. AK tiba di Indonesia pada 1962. Sebelumnya, KASAD Jenderal AH. Nasution mengunjungi Moskow pada 1961. Soviet kala itu setuju mengucurkan kredit ekspor senilai US$400 juta untuk Indonesia membeli Alutsista, termasuk AK-47 tipe 3 dan AKM.

Dalam Kampanye Dwikora, tentara RPKAD, KKO Marinir, dan PGT yang dibekali AK melakukan Operasi Klandestin untuk melawan pasukan khusus Inggris, Special Air Service (SAS). Meski pasukan Indonesia kala itu tidak unggul melawan SAS yang lebih berpengalaman, setidaknya mereka dapat memberikan kejutan pada pasukan elit tersebut di Kalimantan utara.

Para pemberontak dan kartel obat bius di Amerika Selatan juga mengandalkan AK dalam konflik. Mereka kerap mengubur senapan-senapan itu di wilayah tertentu, dan kemudian menggunakannya ketika dibutuhkan. Dan AK tidak pernah mengecewakan.

Ketangguhan AK yang sebenarnya teruji di Perang Vietnam yang bergejolah sejak 1955-1975. Perang ini merupakan adu ketangguhan antara AK-47 yang digunakan tentara Vietnam melawan senapan M-16 tentara AS. Dalam wawancaranya pada 2007, Mikhail Kalashnikov menyebut tentara AS lebih suka menggunakan AK daripada M-16 yang sering macet. Dan hal itu diakui oleh banyak tentara AS sendiri, salah satunya seperti kisah yang disebutkan sebelumnya oleh Kolonel Hackwhorth.

Tetap miskin
Berbeda dengan Eugene Stoner, pencipta M-16, yang kaya raya dari royalti senjatanya, Mikhail Kalashnikov justru sebaliknya. Ia miskin sekali. Hal ini digambarkan oleh Larry Kahaner dalam wawancaranya dengan surat kabar San Diego Reader.

Meski menyandang status selebritas di negaranya, paham komunis membuat Mikhail Kalashnikov tidak mendapat sepeser uang pun dari pemerintah Rusia. Sementara Stoner, yang namanya tidak begitu dikenal, menerima royalti US$1 dari setiap pucuk M-16 yang terjual. Menurut Kahaner, ada 16 juta M-16 versi militer yang digunakan, belum lagi senapan AR-15 versi sipil yang beredar di AS.

Kalashnikov dan Stoner pernah bertemu di Museum Smithsonian, AS, atas undangan kurator Edward Clinton Ezell pada 1990. Kalashnikov pada saat itu terkagum-kagum melihat Stoner yang tiba dengan menggunakan pesawat pribadi, sedangkan ia hadir pun dengan menggunakan setelan jas pinjaman yang disediakan tuan rumah.

Isi apartemen Kalashnikov adalah perabotan yang dibelinya puluhan tahun lalu dari uang hadiah yang diberikan bersama Penghargaan Stalin. Barulah ketika Presiden Vladimir Putin menjabat, ia menaikkan uang pensiun Kalashnikov sebesar US$100 dan memberinya beberpa rumah di pedesaan.

Semasa hidupnya, Kalashnikov mendapatkan uang hanya dari status selebritasnya. Ia sering diundang oleh kartel senjata Rusia untuk menghadiri dan memberikan tanda tangan dalam pameran persenjataan. Ia juga meminjamkan namanya sebagai merek vodka yang botolnya berbentuk senapan AK-47.  

Unik
AK-47 menggunakan peluru berukuran 7,62x39 mm. Peluru ini pasokannya melimpah dan harganya paling murah, mengalahkan harga peluru terkecil kaliber .22.

Di negara sub-Sahara seperti Mozambik dan Uganda, AK menjadi standar nilai tukar untuk barter. Sepucuk AK-47 dihargai 3-4 hewan ternak dan sering dijadikan mas kawin. Di Afrika, AK-47 menjadi satu-satunya senjata yang namanya digunakan untuk menamai anak yang baru lahir karena menginspirasi keberanian. Di sana banyak orang yang bernama Kalash.

Salah kaprah juga kerap terjadi dari film-film rilisan Hollywood tentang Perang Vietnam yang menampilkan tentara Vietcong (VC) membawa AK-47. Sebenarnya hanya tentara reguler North Vietnamese Army (NVA) yang berhak menyandang AK. Sementara VC hanya dibekali senapan SKS, MAT-49 atau Mossin Nagant.

Di perbatasan Pakistan dan Afghanistan, AK dibuat di bengkel=bengkel rumahan dan dijual di pasar layaknya sayur dan buah-buahan. Hal itu karena blueprint dan hak cipta AK telah tersebar dan pembuatannya pun terbilang mudah karena sederhana. Terlebih kerajinan pembuatan senjata di wilayah itu telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Di Peshwar, Pakistan, AK dapat dibeli dengan cara mencicil. Pembeli cukup membayar uang muka sebesar 5.000 rupee (sekitar Rp1 juta) untuk dapat membawanya. Mereka kemudian pergi merampok dan kembali lagi untuk membayar sisanya sebesar 10.000 rupee dari hasil rampokan.

Beban
Semasa hidupnya, Kalashnikov mengesampingkan perasaan bersalah atas banyaknya pembunuhan yang terjadi di seluruh dunia karena senjata buatannya. Ia berkeras bahwa AK ia kembangkan sebagai alat pertahanan, bukan penyerangan.

Dalam wawancaranya pada 2007, seorang wartawan bertanya bagaimana ia dapat tidur nyenyak di malam hari, mengetahui bahwa senjata ciptaannya digunakan banyak orang untuk membunuh. Kalashnikov menjawab, "Saya tidur nyenyak sekali. Para politikuslah yang harus disalahkan karena gagal mencapai kesepakatan untuk mencegah terjadinya kekerasan."

Namun, di balik wajah kerasnya, ia menangis. Dalam wawancaranya dengan surat kabar The Sydney Morning Herald, Kalashnikov berkata, "Saya tidak ragu ketika senapan yang saya buat digunakan untuk perjuangan kemerdekaan dan bertahan. Sebaliknya, saya sangat sedih ketika (senjata itu) digunakan untuk membunuh dan melukai orang."

Di akhir hidupnya, Kalashnikov mengirimkan surat pengakuan penyesalannya kepada kepala gereja ortodoks Rusia. "Rasa sakit dalam jiwaku tidak tertahankan lagi. Saya kerap bertanya pada diri sendiri tentang pertanyaan yang tak dapat dipecahkan ini: Jika senapan serbu (ciptaanku) merenggut nyawa orang banyak, dengan demikian saya bertanggung jawab atas kematian mereka," tulisnya menyesal.  

Masih dalam surat itu, Kalashnikov menulis, "Debat yang tiada habisnya: Mana yang membunuh? Senjata atau orang yang membawanya?" di akhir surat, ia menandatanganinya disertai tulisan "Abdi Tuhan, sang pencipta Mikhail Kalashnikov."

Dengan demikian, peran AK-47 sebagai malaikat dan iblis yang membunuh 250.000 orang pertahunnya hanya terletak di tangan yang menarik pelatuknya. (Aldion Wirasenjaya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun