Mohon tunggu...
Aldion Wirasenjaya
Aldion Wirasenjaya Mohon Tunggu... Editor - Journalism is fun

Jurnalis/redaktur di Harian Waspada Medan dan waspada.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

100 Tahun Kalashnikov: Pembunuh atau Pembebas?

11 November 2019   13:19 Diperbarui: 11 November 2019   14:44 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mitos
Visi dan misi Kalashnikov yang menginginkan senapan serbu 'bandel' terbukti di lapangan. Senapan ini tidak akan macet meski terendam air, lumpur, dan pasir. Ini bukanlah mitos. Adalah Kolonel David H Hackwhorth yang membuktikannya sendiri. Seperti dikisahkannya dalam bukunya yang berjudul Steal my Soldiers Heart, veteran Perang Vietnam dan Korea asal Amerika Serikat itu saat berdinas di Vietnam ditugasi untuk membangun kembali sebuah basis militer.

Saat buldoser membalikkan tanah, ternyata ada jasad Tentara Rakyat Vietnam (NVA) yang terkubur sambil memeluk AK-47 dalam penyerbuan setahun sebelumnya. Hackwhorth kemudian mengumpulkan anak buahnya. Ia mengambil senapan itu tanpa dibersihkan, mengokangnya, dan berkata, "Lihat ini. Akan saya tunjukkan bagaimana senapan infanteri sejati bekerja." Seluruh anak buah Hackwhorth terbelalak ketika melihat senapan itu menyalak, memuntahkan sekitar 20 peluru yang tersisa di magasennya.

Kisah ini dibenarkan oleh Larry Kahaner, penulis buku AK-47: The Weapon That Changed the Face of War. Kahaner merupakan jurnalis asal AS yang juga bekerja sebagai kolumnis bagi Business Week, The Washington Post, International Herald Tribune , dan Christian Science Monitor. Kehebatan AK kemudian tersebar.

Dalam sebuah uji coba yang dilakukan pemilik akun Iraqveteran8888 di kanal YouTube yang berjudul Ultimate AK Meltdown, senapannya mampu memuntahkan 895 peluru tanpa henti. Bahkan di saat senapan itu terbakar hebat, ia masih dapat terus menembak. 

Keep it simple 

Dengan demikian, apa yang membuat AK-47 mampu melakukan itu? Semua kembali kepada konsep awal Kalashnikov, yaitu mudah dioperasikan, andal di garis depan, serta mudah diproduksi. Senapan ini superior di medan perang justru karena mekanismenya yang tidak presisi. Hal yang bertolak belakang dengan senapan sejenis buatan negara lain. Dan hal itu terjadi secara kebetulan. 

Ketidakpresisian (kerenggangan) mekanisme AK awalnya timbul karena teknologi pembuatan senapan tersebut masih sangat sederhana, sehingga tidak dapat menandingi kepresisian senjata produksi Barat. Namun, ternyata hal itulah yang menjadi kekuatannya. Karena kerenggangannya, AK-47 memiliki toleransi yang tinggi terhadap debu atau pasir yang menyusup di sela-sela mekanisme yang bergerak.

Desainnya yang juga sederhana membuatnya mudah diproduksi. Sepertinya paham keep it simple stupid (KISS) melekat di senapan ini. Resep berikutnya adalah AK memiliki 3 lubang gas di bagian moncongnya. Sebenarnya lubang-lubang ini diciptakan untuk menurunkan tekanan gas yang mendorong piston. Namun ternyata, tekanan gas yang tinggi dan panas itu justru membuang keluar semua residu mesiu atau kotoran yang mungkin terbawa.

Namun demikian, akurasi AK terbilang tidak baik. Senapan ini hanya efektif digunakan dalam jarak 250-300 meter. Namun hal ini sesuai dengan doktrin infanteri mekanis Soviet. Pergerakan regu selalu didukung oleh kendaraan tempur.

Sejak awal kelahirannya, AK-47 memang bukan untuk dibidikkan, melainkan untuk menghamburkan peluru. Bahkan dalam latihan, sering ditekankan kemampuan menembakkan AK dari posisi pinggang. Dalam jarak dekat, jumlah peluru yang dihambur diharapkan mengenai sasaran.

Populer
Discovery Channel menyebut AK-47 sebagai "Senapan terbaik nomor 1". Business Week menyebutnya sebagai "Hiburan dari sebuah inovasi yang kelam". Sementara Library Journal menyebutnya sebagai "Senjata paling mematikan yang pernah dibuat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun