Mari kita jadikan "Ngopi Kamtibmas" sebagai momentum untuk membangun sinergi antara masyarakat dan aparat keamanan. Dengan bergandengan tangan, kita dapat mewujudkan impian tentang lingkungan yang aman, tertib, dan nyaman bagi semua. Ingatlah, setiap gembok yang terpasang, setiap informasi yang dibagikan, dan setiap kolaborasi yang terjalin adalah langkah nyata menuju Indonesia yang lebih aman. Bersama, kita bisa!
E. Artikel Opini Narasi
"Drama di Balik Peluit Ketika Cuaca Ekstrem Mengalahkan Wasit di Copa America 2024"
LEAD :
Nasib buruk menimpa wasit Humberto Panjoj saat memimpin laga Copa America 2024 antara Peru vs Kanada. Lantaran suhu yang terlalu panas hingga 91 derajat celcius, Panjoj tumbang dan harus diganti. Peru dan Kanada berhadapan pada matchday kedua Grup A Copa America 2024. Laga ini dimainkan di Stadion Children's Mercy Park Kansas, Rabu (26/6/2024) pagi WIB. Sekilas, pertandingan berjalan dengan lancar. Tidak ada kejadian besar yang terjadi, kecuali kartu merah Miguel Araujo pada menit ke-59 dan gol Jonathan David yang membawa Kanada menang 1-0. Namun, ada kejadian penting di luar aksi para pemain. Pada babak pertama, wasit Humberto Panjoj harus mendapat perawatan medis karena kepanasan.
TUBUH :
Siang itu, matahari bersinar terik di atas Stadion Children's Mercy Park. Tribun penonton dipenuhi oleh lautan merah dan putih, warna kebanggaan Peru, bercampur dengan dominasi merah dari para pendukung Kanada. Suasana stadion begitu riuh, dipenuhi oleh nyanyian dan teriakan pendukung kedua tim yang saling bersahutan. Di tengah lapangan hijau yang terbentang luas, sosok Humberto Panjoj berdiri tegap. Peluit silver tergenggam erat di tangannya, sementara matanya dengan awas mengamati setiap gerakan pemain. Sebagai wasit utama dalam pertandingan ini, ia mengemban tanggung jawab besar untuk memastikan fair play dan sportivitas tetap terjaga.
Namun, ada satu musuh tak kasatmata yang mengintai Panjoj sejak awal pertandingan panas yang menyengat. Suhu udara di Kansas siang itu mencapai 91 derajat Celcius, jauh di atas rata-rata normal musim panas. Kondisi ini diperparah oleh tingkat kelembaban yang tinggi, menciptakan atmosfer yang nyaris tak tertahankan bagi siapa pun yang berada di lapangan. Seorang petugas meteorologi lokal bahkan menyatakan, "Ini adalah salah satu hari terpanas yang pernah kami catat untuk bulan Juni di Kansas."
Pertandingan dimulai dengan tempo yang cukup tinggi. Peru, yang masih memiliki asa untuk lolos ke babak selanjutnya, bermain dengan agresif. Sementara itu, Kanada yang sudah mengoleksi tiga poin di laga pembuka, bermain lebih hati-hati dan mengandalkan serangan balik. Panjoj berlari ke sana kemari, mengikuti alur permainan dengan seksama. Keringat mulai membasahi dahi dan lehernya, namun ia tetap fokus pada tugasnya. Setiap keputusan yang ia ambil bisa jadi menentukan nasib kedua tim dalam turnamen bergengsi ini.
Memasuki menit ke-30, tanda-tanda kelelahan mulai terlihat pada diri Panjoj. Langkahnya tidak segesit sebelumnya, dan beberapa kali ia terlihat mengusap keringat yang bercucuran di wajahnya. Para pemain mulai menyadari kondisi sang wasit, beberapa di antaranya bahkan menawarkan botol air minum mereka. Tepat di menit ke-35, drama itu pun terjadi. Saat berlari untuk mengikuti pergerakan bola, tiba-tiba Panjoj terhuyung. Ia mencoba bertahan, namun kakinya seolah kehilangan kekuatan. Dalam hitungan detik, tubuhnya ambruk ke rumput hijau yang panas.