"Dialah Yang telah mengambil jiwamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang harinya. Kemudian kamu dibangkitkan kembali supaya waktu tertentu dapat dipenuhi. Sesudah itu kepadaNya juga tempat kamu kembali. Kemudian kepadamu diberitahukanNya apa yang telah kamu kerjakan." (Qur'an, 6: 60)
Inilah beberapa ayat yang sudah jelas sekali menolak apa yang dikatakan orang bahwa jabariah Islam itu mengajar orang bertopang dagu dan enggan berusaha. Tuhan menciptakan maut dan hidup untuk menguji manusia, siapa daripada mereka yang melakukan perbuatan baik. Perbuatan dalam dunia dan balasannya sesudah mati. Mereka yang tidak berusaha, tidak berjuang di muka bumi ini, tidak mencari nafkah sebagai karunia Tuhan; kalau mereka tidak mau menafkahkan harta mereka; kalau mereka tidak mau mengutamakan sahabatnya meskipun mereka sendiri dalam kekurangan, mereka telah melanggar perintah Tuhan.
Sebaliknya, bilamana semua itu mereka lakukan dengan baik, perbuatan mereka akan diterima baik oleh Allah dan pada hari kemudian mendapat pahala dan balasan yang baik. Tuhan akan menguji kita dalam hidup kita ini dengan yang baik dan yang buruk sebagai suatu cobaan. Dengan otak kita, kita juga yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Barangsiapa berbuat baik seberat atom pun akan dilihatnya, barangsiapa berbuat keburukan seberat atom juga akan dilihatnya. Kalau apa yang sudah menimpa kita itu bukan karena sudah ditentukan Tuhan terhadap diri kita, niscaya itu akan membuat kita lebih tekun melakukan kebaikan untuk melihat hasil yang baik pula. Sesudah itu sama saja buat kita: adakah Tuhan akan menjadikan kita manusia yang kuat, yang masih giat bekerja, atau akan dikembalikan ke usia yang sudah pikun, yang sudah tidak dapat kita ketahui lagi apa yang dulunya sudah pernah kita ketahui. Kriterium atau ukuran hidup seseorang bukanlah dari jumlah tahun yang sudah ditempuhnya, melainkan dari perbuatan-perbuatan baik apa yang sudah dilakukannya selama itu, dan yang akan menjadi peninggalannya. Mereka yang sudah meninggal di jalan Tuhan (dalam berbuat kebaikan), dalam pandangan Tuhan mereka hidup, di tengah-tengah kita juga kenangan mereka tetap hidup. Berapa banyak nama-nama yang tetap kekal selama berabad-abad karena orang-osrang itu telah mengabdikan diri dan segala daya upayanya untuk kebaikan, mereka itu berada di tengah-tengah kita yang masih hidup, sungguh pun mereka telah berpulang sejak ratusan tahun yang lalu.
"Apabila sudah tiba waktunya, mereka takkan dapat mengundurkan atau memajukannya barang sedikit pun juga."
Inilah yang benar. Hanya ini yang sesuai dengan hukum alam. Manusia sudah mempunyai batas waktu yang takkan dapat dilampauinya. Sama halnya dengan matahari dan bulan, sudah mempunyai waktu-waktu gerhana yang tidak berubah-ubah, tak dapat dimajukan atau diundurkan. Waktu yang sudah ditentukan ini lebih mendorong orang untuk berusaha dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Ia akan berusaha sekuat tenaga.
Ia tidak tahu kapan ia akan menemui ajalnya. Bilamana ajal itu sampai maka balasannya apa yang sudah dikerjakannya. Di hadapan kita setiap hari sudah ada buktinya bahwa ajal itu takdir yang tak dapat dielakkan. Ada orang yang mati dengan tiba-tiba dan orang tidak tahu apa sakitnya. Ada orang yang sakit, yang sudah sekian puluh tahun menderita dan merintih melawan penyakitnya itu sampai ia tua serta sudah tak bertenaga lagi. Dari kalangan kedokteran dewasa ini ada yang berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan dalam proses pembentukannya sudah ada benih yang menentukan hidupnya. Jarak waktu yang akan ditempuh oleh benih itu untuk mencapai tujuannya yang terakhir dapat pula diketahui asal saja benihnya sendiri dapat kita ketahui. Tetapi untuk mengetahui benih ini bukan soal yang begitu mudah. Adakalanya ia dalam bentuk fisik, tersembunyi dalam salah satu bagian dalam tubuh - bagian yang penting atau tidak penting - adakalanya dalam bentuk psychis dalam pikiran kita, bertalian dengan lapisan-lapisan otak yang akan mendorong pihak yang bersangkutan hidup berpetualang dan mau menghadapi bahaya, atau sebagai pemberani. Allah mengetahui belaka semua itu. Dia yang mengetahui saat kematian setiap manusia itu akan tiba, menurut hukum alam, tanpa dapat diubah dan ditukar-tukar.
Rasul-rasul Tuhan dari anak negerinya
Sebagai tanda kasih sayang Tuhan, Ia tidak akan menjatuhkan siksaan sebelum mengutus seorang rasul yang akan memberikan bimbingan kepada manusia dalam mencapai Kebenaran serta menjelaskan pula jalan kebaikan yang harus ditempuhnya. Sekiranya Tuhan akan menghukum manusia karena perbuatan mereka yang salah, niscaya takkan ada makhluk hidup di muka bumi ini yang akan ketinggalan. Tuhan menunda mereka sampai pada waktu tertentu sampai mereka dapat mendengarkan dan mau menerima ajakan para rasul itu dan tidak sampai benar mereka terpesona oleh godaan hidup duniawi. Tuhan tidak mengutus para rasul itu dari kalangan raja-raja, orang-orang kaya, orang-orang berpangkat atau dari kalangan orang cerdik pandai. Mereka diutus dari kalangan rakyat jelata. Nabi Ibrahim tukang kayu, ayahnya pun tukang kayu. Nabi Isa juga tukang kayu di Nazareth. Juga tidak sedikit dari nabi-nabi itu yang tadinya penggembala kambing, termasuk Nabi penutup Muhammad 'alaihissalam. Tuhan mengutus para rasul dari rakyat jelata itu untuk memperlihatkan bahwa Kebenaran itu bukan menjadi milik orang-orang kaya atau orang-orang kuat melainkan milik orang yang mencari Kebenaran demi kebenaran semata. Kebenaran yang azali, yang abadi, ialah orang yang baru sempurna imannya apabila ia sudah dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
"Yang paling mulia di kalangan kamu dalam pandangan Tuhan ialah yang paling takwa - yang dapat menjaga diri dari kejahatan."
"Dan bekerjalah, nanti Tuhan akan melihat hasil pekerjaan kamu, dan balasan diberikan hanya sesuai dengan apa yang kamu lakukan."
Dan Kebenaran terbesar ialah bahwa Allah itu Benar, tiada Tuhan selain Dia.
Maut, akhir dan permulaan hidup. Akhir hidup duniawi dan permulaan hidup akhirat. Soal hidup duniawi yang kita ketahui hanya sedikit sekali. Yang kita ketahui tentang hidup hanya yang berhubungan dengan indera kita, dengan akal kita yang membimbing kita, kemudian dengan jantung kita yang membukakan rahasia hidup itu kepada kita. Sedang mengenai hidup akhirat tak ada yang dapat kita ketahui selain apa yang sudah diterangkan Tuhan kepada kita. Hukum-hukum alam buat kita masih gelap. Ilmunya ada pada Tuhan. Apa yang sudah diterangkan Tuhan dalam Kitab Suci mengenai hal ini sudah memadai kiranya, bahwa itu adalah tempat pembalasan. Kita menyiapkan diri kita dalam dunia ini dengan perbuatan kita, dengan kehendak dan niat kita serta sikap kita sesudah itu; kita bertawakal kepada Allah akan adanya balasan yang adil itu. Sedang apa yang dibalik itu soalnya ada pada Tuhan semata-mata.