Bagaimana seorang Kadiv propam penjaga moral, etika dan marwah polisi malah menjadi perencana pembunuhan terhadap anakbuahnya di kepolisian. Polisi makan polisi. Polisi membunuh polisi.
Perbuatan Mas Bechi yang menjadi anak dari pemilik dan pengelola pesantren menyalahgunakan kepercayaan orang tua yang mempercayakan pendidikan anaknya ke pesantren. Bukan dididik dengan ajaran agama yang baik, malah dicabuli. Sebuah kepercayaan dari orang tua santriwati dinodai. Bukan hanya kepercayaan orang tua yang dinodai, tubuh anaknya yang menjadi santri juga dinodai.Â
Dan ketika diproses secara hukum, dia melawan dengan menggunakan kekuasaan dan pengaruh ayahnya sebagai kiai sepuh yang memiliki relasi dengan para pejabat tinggi di Jakarta dan daerah. tokoh agama, atas nama agama, menodai santriwati.
Pengusaha wanita yang mengemudikan mobil mercy sebagai orang yang memiliki harta dan uang tidak seharusnya mencuri cokelat yang harganya tidak seberapa. Sangat tragis dan membuat hati miris. Sudah separah apakah penyakit mental masyarakat kita sekarang ini? Pengusaha yang seharusnya menjadi orang yang taat hukum dan tidak mencuri, tetapi mencuri.Â
Orang yang mampu membayar cokelat yang tidak seberapa harganya, namun tidak mau membayar. Antara kemampuan dan kemauan menjadi jauh. Mampu membayar, tetapi tidak mau membayar. Itu sebabnya kita tidak setuju  perkara ini didamaikan, harus dihukum untuk membuat jera.
Masayarakat kita selalu ingin meniru orang yang berada diatasnya. Pola paternalistik masih sangat kuat. Keinginan meniru atau berorientasi melihat ke atas atau pimpinan menjadi satu sikap yang kuat. Apa yang dilakukan diatas menjadi contoh  yang buruk.
Ferdy Sambo yang seharusnya menjadi contoh yang baik, kini menjadi cibiran yang buruk atau preseden buruk. Pengusaha pengutil menjadi contoh dan preseden buruk. Dunia jadi terbalik.
Bechi bukan memberikan contoh perbuatan yang baik kepada santriwati, bahkan mencabuli santriwatinya. Logika amburadul. Ketiga contoh orang ini diambil sebagai sampel untuk merenung ulang atau refleksi dalam pderayaan HUT RI ke 77. Ini mau melihat bagaimana kita memandang bangsa ini dari satu sudut pandang kepatuhan dan ketaatan hukum sebagaimana diamanatkan konstitusi kita  dari tiga kejadian yang sangat memalukan.
Kasus Ferdy Sambo menjadi sorotan internasional. Bagaimana kasus ini menggambarkan sikap mental seorang pejabat kepolisian yang menjadi penjaga moral, etika dan wibawa Polri. Jabatan Kadiv Propam. Kekuasaan yang besar, pengaruh dan kedekatan dengan Kapolri bukan dibuat membawa kebaikan, namun menjadi keburukan dan malapetaka bagi Polri dan Kapolri secara khusus dan bagi bangsa ini secara umum.
Kasus Ferdy Sambo seakan memberikan gambaran dan pencitraan pejabat kita bisa berbuat sekehendak hatinya, melampiaskan kekesalan hatinya dengan pembunuhan berencana. Menghilangkan nyawa orang lain yang notabene anak buahnya. Ini bukan lagi soal raja tega, namun sudah menjadi kebiadaban perilaku atasan kepada bawahan. Keadaban sudah hilang. Bagaimana kita mau mengharapkan pembinaan, pengayoman dan segala yang baik dari seorang pimpinan seperti ini?
Kasus pengusaha yang mengutil atau mencuri cokleat di minimarket menjadi sebuah tontonan yang viral membuat hati kita malu. Beginikah mental seorang pengusaha yang sudah menikmati kemajuan ekonomi, tetapi masih mencuri? Bukan persoalan apa yang dicuri. Namun perbuatan mencuri di minimarket, ini yang menyedihkan. Dia mungkin menganut ajaran boleh mencuri asal jangan ketahuan. Ternyata meleset, eh ketahuan. Maka ganjaran yang didapat sangat memalukan.