"Lalu jawabnya harus bagaimana?" kata Sang Kakek.
  "Berikan komentar atau apa kek," kata Sang Cucu.
  "Untuk apa memberikan komentar tentang berita itu? Dulu ketika ayahnya sebagai presiden, mana ada cerita seperti itu? Pembebasan tanah untuk kepentingan umum harus terlaksana. Siapa yang menentang akan dihantam, dilibas, jika perlu dipenjarakan," kata Sang Kakek.
  "Oh ya," kata Sang Cucu.
  "Bahkan siapa yang melawan kebijakan pembangunan bisa dituduh PKI. Itu stigma yang diisukan kepada orang yang melawan pemerintah," kata Sang Kakek.
  "Oh ya," kata Sang Cucu.
  "Dengan pendekatan keamanan, maka semua yang melawan kebijakan pemerintah akan disingkirkan, dibunuh hak keperdataannya seperti Anggota Petisi 50. Para aktivis banyak yang ditangkap, diasingkan dan bahkan dibunuh dan ada mayat yang mengambang di berbagai kali. Dan bahkan ada yang hilang dan sampai sekarang belum ada kabarnya," jelas Sang Kakek.
  "Oh ya," kata Sang Cucu lagi.
  "Kamu juga jawabnya cuma 'oh ya' saja," kata Sang Kakek membalas ke Sang Cucu.
  "Ceritanya seru, seperti novel, jadi saya jawab sama saja seperti Sang Kakek," kata Sang Cucu.
  "Oh ya,"  kata Sang Kakek lagi.