"Gak mas, entek tak nggo mangan" jawabnya terkekeh. "Mangan opo satus sewu? Paling mbok nggo ngombe" tuduh saya sambil tertawa.
"Iyo, tak nggo ngombe" sambil tertawa renyah membenarkan tuduhan saya.
Itulah siklus kehidupannya di kota yang ditundukkan Mataram tanpa kekerasan ini. Hanya seperti itu, sampai akhirnya tertangkap ketika ada garukan gepeng di wilayah kerjanya, kebetulan pas jam kerjanya.
Setelah terjaring dia menghuni Liponsos selama 2 minggu 5 hari sampai kemudian dipulangkan.
"Nyapo ae ning liponsos" tanya saya.
"Mangan karo turu tok mas.. he-he-he," jawabnya sambil ketawa bahagia.
"Durung duwe bojo kan, gak golek kenalan ning kono (liponsos)?" kembali saya tanya.
"Lanang tok kok" kembali dia tertawa.
Saya diberitahu teman yang lain bahwa baju batik, celana jins yang dipakai dan tas pakaian merk Polo yang dibawanya adalah pemberian dari Liponsos.
Sekilas di tasnya ada nama dan alamat yang tersemat di sebuah kertas. Tertulis sebuah nama M. Ikang Fauzi Jombang--pantesan dia jadi pengamen, ternyata ada nama penyanyi Si Papap Preman-preman.