Sambil tertawa, dia menjelaskan bahwa tadi sebenarnya bukan mau kabur, hanya ingin pulang ke rumah tanpa menunggu jemputan. Namun karena tidak pamit, ya akhirnya bikin kehebohan di kantor yang mengurusi air mata ini.
Dia menceritakan, awal datang ke kota yang menewaskan 2 jendral sekutu itu, dengan bersepeda--saat ini sepeda masih dititipkan di warung kopi.
Rupanya selama di kota asal Pangeran Pekik, dia tidak punya kos atau tempat tinggal tetap, wajar jika diciduk Satpol PP karena dianggap Gepeng.
Untuk berteduh dia nunut di warkop. Makan, minum dan tidur dilakukan di situ.
"Ngamen" jawabnya, sambil terkekeh ketika saya tanyakan pekerjaannya.
"Lha alatmu opo?" timpal rekan saya, yang ikut nimbrung karena melihat klien ternyata nggenah.
"Kecrek, adah yakult" jawabnya kemudian.
"Entuk piro sedino?" tanya saya, penasaran.
"satus sewu mas, kadang luwih," jawabnya diiringi asap yang keluar dari mulutnya.
"lhooo uakeh iku, mbok gawe opo?" teman saya juga ikut penasaran.
"Iso ngirimi wong tuwo iku?" timpal saya sebelum dia menjawab.